Jumat, 2 Juli 2021

Setelah Pandemi: Vaksin, Pendidikan, dan Peran Individu

Untuk mereka yang masih merasa ragu untuk menerima vaksin COVID-19, contoh di Israel mungkin bisa memberi pencerahan. “Di Israel, kemungkinan untuk terinfeksi sudah berkurang sebanyak 30 kali sementara kemungkinan menjadi pasien di rumah sakit berkurang 10 kali. Ini karena 60 persen dari populasi Israel sudah menerima vaksinasi.”

Ini diungkapkan oleh Profesor Tikki Pangestu, mantan Direktur Kebijakan Riset dan Kerja Sama di WHO yang juga merupakan Visiting Profesor di  Yong Loo Lin School of Medicine, National University of Singapore.

Baru-baru ini Inggris mengalami peningkatan jumlah kasus varian Delta meski program vaksinasi di sana berjalan sukses. Terkait hal ini, Profesor Tikki menyatakan, “Orang cenderung lupa jumlah yang meninggal. Biasanya berkisar di angka puluhan. Ini berarti bahwa kalau kita terinfeksi, kita tidak lantas harus masuk ICU dan meninggal. Kalau Anda masih belum yakin perihal arti vaksin, ingat-ingat saja dua contoh tadi.”

Kutipan ini diambil dari pembicaraan Profesor Tikki dengan Belinda Tanoto, anggota Dewan Pengawas Tanoto Foundation, dalam episode pertama seri podcast Unlocking Potential. Bersamaan dengan meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Asia Tenggara, kedua pembicara berbincang tentang keengganan divaksin, peran filantropi dan sektor swasta dalam mengatasi pandemi, serta peran individu terkait hal tersebut.

Menurut Profesor Tikki, tujuan utama saat ini adalah mencapai kekebalan kelompok, namun langkah ini tidak bisa digantungkan pada pemerintah saja.

“Yang dibutuhkan adalah kolaborasi antara berbagai elemen pemerintahan, antara pemerintah dengan sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, bahkan organisasi keagamaan, yang dipandang sangat penting di Indonesia dan banyak negara, serta filantropi,” ujarnya.

Ia memberi contoh tentang naiknya jumlah kasus di India yang terjadi baru-baru ini. “Jelas terlihat bahwa infastruktur kesehatan publik di sisi pemerintah sangat kewalahan mendistribusikan vaksin. Di situlah seharusnya mereka dapat bekerja sama lebih erat dengan sektor swasta.”

Organisasi filantropi dan lainnya dapat membantu dengan menyediakan vaksin dan alat pelindung diri, namun yang jauh lebih dibutuhkan adalah meningkatkan kesadaran publik untuk menghapus keengganan menerima vaksin serta advokasi kesehatan, ujar Profesor Tikki. “Bukan hanya soal tidak mau divaksin, tapi juga meningkatkan kemawasan tentang ilmu dan kesehatan. Bahkan mulailah sejak sekolah dasar, karena jika seseorang bisa mengerti hal-hal mendasar tentang metode ilmiah, mereka kemudian dapat memahami risikonya dan keuntungan divaksin. Ini juga berarti mereka tidak segampang itu menerima kabar burung atau informasi yang keliru.”

Dalam pandemi, segala hal berpacu dengan waktu. Dalam hal mengubah pola pikir mereka yang segan menerima vaksin, Profesor Tikki berkata bahwa upaya harus diutamakan pada mereka yang masih bimbang dibanding mendekati orang-orang yang antivaksin.

“Di negara mana pun, ada tiga kelompok,” katanya. “Ada mereka yang yakin bahwa vaksin membawa kebaikan. Di sisi sebaliknya, ada mereka yang mati-matian menolak vaksin terlepas dari ucapan kita. Untuk kelompok ini, tidak usah buang-buang waktu. Biarkanlah mereka dengan pendiriannya yang keliru. Kelompok yang ada di tengah-tengah inilah yang harus kita sasar.”

“Pesan saya untuk kelompok tersebut adalah banyak sekali yang dapat kita lakukan secara individu. Jika Anda paham bahwa vaksin itu aman dan efektif, Anda dapat melindungi diri Anda sendiri dan keluarga dari virus ini, tidak mengalami sakit berat dan masuk ICU, dan Anda bisa terbebas dari kematian.”

“Di luar itu, Anda juga memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara, yaitu melindungi bukan saja Anda dan keluarga, tapi juga masyarakat secara umum dan pada akhirnya seluruh bangsa.”

Saat kebanyakan orang mulai berpaling pada kondisi kenormalan baru, Profesor Tikki menyarankan bahwa mereka yang sudah menerima vaksinasi tetap harus waspada.

“Jangan pikir vaksin ini adalah obat ajaib yang menghilangkan segala masalah dan pandemi langsung selesai,” katanya. “Ya, vaksin adalah salah satu cara. Tapi tetaplah menjalankan protokol kesehatan yang telah teruji: pakai masker, jaga jarak, cuci tangan sering-sering, dan hindari kerumunan.”

Unlocking Potential adalah seri podcast baru dari Tanoto Foundation. Jika Anda ingin mengikuti episode-episode selanjutnya, silakan berlangganan di YouTube atau Spotify.

Dengarkan di Spotify!

Podcast episode ini direkam pada 25 Juni 2021.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments