Selasa, 19 Juni 2018

Mengurai Cahaya Menjadi Pelangi

Tepatnya Selasa, 20 Februari 2018 lalu, Rianti, Guru Kelas V SD Swasta RGM Blok Songo, Kota Pinang, Sumatera Utara mengajak murid-muridnya melakukan percobaan mengurai cahaya putih menjadi pelangi. Di awal pembelajaran, Bu Rianti memberi kartu yang berisi nama kelompok dan mereka mencari kelompoknya masing-masing.

Setelah siswa membentuk kelompok yang beranggotakan enam orang, Bu Rianti menjelaskan bahwa siswa akan mempelajari tentang materi sifat cahaya dapat diuraikan menjadi tujuh warna pelangi melalui kegiatan percobaan.

Alat dan bahan yang diberikan ke siswa berupa cermin datar, baskom untuk tempat air, dan kertas karton putih. Bu Rianti membimbing siswa menuju halaman sekolah yang terkena paparan sinar matahari langsung. Sebelum percobaan dimulai, dia mengajak siswa bernyanyi lagu pelangi untuk memberi tambahan semangat bagi murid-muridnya.

Selanjutnya setiap kelompok diminta untuk mengisi air ke dalam baskom yang telah tersedia. Bu Rianti memandu para murid untuk memulai kegiatan percobaan dengan mendengarkan instruksinya.

“Masukkan cermin ke dalam baskom air dengan posisi anggota kelompok menghadap ke arah datangnya cahaya matahari. Lihat penguraian cahaya menjadi pelangi dari pantulan cermin ke arah kertas putih di hadapan kalian,” kata Bu Rianti.

Kelompok yang telah melakukan percobaan kemudian diminta mengamati penguraian pemantulan cahaya menjadi pelangi dan mencatat warna pelangi yang didapatnya. Bu Rianti mendampingi setiap kelompok dan membantu siswa dalam melaksanakan percobaan. Beberapa kelompok sudah bisa menemukan warna-warna yang tersusun di dalam pelangi. Kelompok yang masih kesulitan, ia bimbing untuk menemukannya.

“Ya, bagus anak-anak. Kalian sudah melakukan percobaan proses terjadinya pelangi. Kalau di alam pelangi terjadi karena pembiasan cahaya. Jadi cahaya matahari yang melewati tetes hujan akan dibiaskan melewatinya,” kata Bu Rianti.

Nah, proses pembiasan ini yang memisahkan cahaya putih menjadi warna spektrum seperti warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu atau diberi singkatan mejikuhibiniu. Kemudian warna-warna itu memantul di belakang tetes hujan, yang akibatnya cahaya tampak melengkung menjadi pelangi,” lanjutnya memberi penjelasan.

Selanjutnya semua siswa kembali ke kelas. Lalu setiap kelompok ditugaskan untuk membuat laporan hasil percobaan yang dilakukan. Setelah selesai membuat laporan percobaan, Bu Rianti memberi kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil percobaannya.

“Proses terjadinya pelangi yaitu sinar matahari yang masuk ke air dipantulkan oleh cermin ke kertas putih sehingga cahaya yang dipantulkan membentuk warna pelangi. Warna yang kami lihat yaitu ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan, ungu,” demikian presentasi salah satu perwakilan kelompok. Kelompok lainnya juga diberi kesempatan untuk berpresentasi. Hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil kelompok pertama.

Dari laporan dan presentasi murid, tampak murid-murid mampu memahami proses penguraian cahaya putih menjadi tujuh warna pelangi. Mereka juga mengaku senang dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan praktik langsung.

“Sebelum mengikuti pelatihan Tanoto Foundation saya lebih banyak menjelaskan materi di depan kelas, memberi latihan soal dan menilai hasil ujian siswa. Setelah didampingi oleh fasilitator dari Tanoto Foundation, saya memiliki banyak model dan metode pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa sehingga membuat mereka lebih mudah memahami materi yang diajarkan,” kata Bu Rianti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments

Eka - Maret 20, 2020

bagaimana proses terjadi nya