Selasa, 23 Maret 2021

Jadi TELADAN #3: Tiga Hal yang Lulusan Baru Perlu Persiapkan untuk Pekerjaan Pertama Mereka

Belum adanya pengalaman, akan sulit bagi para lulusan baru untuk mendapatkan pekerjaan pertamanya.

Oleh karena itu, dalam episode ketiga Jadi TELADAN, kami mengundang Agustina Samara, yang biasa dipanggil Tina, Chief People Officer DANA Indonesia, dan Dhita Eka Priyanti, sebagai Talent Acquisition Manager Royal Golden Eagle (RGE), untuk membahas bagaimana caranya lulusan baru bisa meninggalkan kesan yang baik terhadap calon pemberi kerja dan cara menemukan pekerjaan yang sesuai untuk mereka.

Jadi TELADAN merupakan program bincang-bincang santai yang membahas berbagai topik mengenai generasi muda Indonesia. Program ini diselenggarakan oleh Tanoto Foundation, organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981.

Pada episode kali ini dibahas:

a. Kemampuan-kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh lulusan baru
b. Seberapa penting IPK dan pengalaman magang
c. Persiapan wawancara kerja
d. Bagaimana cara menghadapi gegar budaya (culture shock)

Jadi apa saja sih yang perlu dipersiapkan? Simak poin-poin berikut:

1. Persiapkan soft skills

Selain nilai bagus, Tina dan Dhita setuju kalau soft skills, seperti kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan resiliensi, adalah modal penting untuk mendapatkan pekerjaan dan juga bertahan di dunia kerja.

Tina dan Dhita menjelaskan, lingkungan kerja menuntut profesionalitas dan sangat berbeda dengan kehidupan kampus.

“Karena di real life itu bukan hanya bicara textbooks yang kita pelajari, tapi juga bagaimana you deal with people, you deal with all the situation,” jelas Tina.

Bukan hanya itu, setiap profesional juga harus berani menyampaikan pendapat dan menyampaikan ide. “Harus proaktif [bertanya], kalau kamu mengerti [tugas atau suatu informasi] kamu bisa bertanya pada  teman-teman yang lain,” kata Tina.

2. Management waktu

Berbeda dengan waktu kuliah, di mana semua jadwal dan ujian sudah diatur untuk mahasiswa, lingkungan kerja menuntut karyawan untuk dapat mengatur waktu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting untuk lulus bisa membagi waktu secara bijak, kapan mengerjakan tugas dan kapan harus meeting, sehingga setiap pekerjaan bisa diselesaikan dengan tepat waktu.

3. Persiapan Wawancara

Setelah kamu sudah dapat memperkuat semua soft skills, kini waktunya kamu mempersiapkan diri untuk wawancara kerja, fase penting yang akan berpengaruh untuk masa depanmu.

“Ketika [menghadiri] interview, pertama-tama kamu harus menguasai apa yang [kamu tulis] di CV,” kata Dhita.

“Hati-hati jangan underselling atau overselling,” tambahnya.

Sementara itu, Tina mengingatkan bagi para lulusan baru untuk tetap bersikap sopan santun saat menghadiri wawancara.

Casual talk is okay, tapi kamu perlu mengikuti aturan normatif dan sopan santun”, lanjutnya.

Bicara mengenai topik yang sensitif, seperti ekspektasi gaji atau posisi yang dilamar, Tina mengatakan bahwa para pencari kerja boleh saja membagi harapan mereka kepada pewawancara, tapi tentu kemampuan berkomunikasi yang baik adalah kunci. Bagikan ekspektasimu secara jelas dan sopan, sehingga dapat menghasilkan diskusi yang baik.

Untuk mengetahui tips lebih lanjut menjadi seorang profesional muda, cari tahu dalam episode 3 Jadi Teladan melalui link di bawah ini.

Saksikan Ep. 3 Jadi TELADAN – Jadi Profesional Masa Depan di YouTube Channel Tanoto Foundation.

 

Dengarkan di Spotify!

 

Transkrip Video

Hai T-Friends, kembali bersama saya Robinson Sinurat dalam program Jadi Teladan.

Topik kita hari ini adalah Jadi Profesional yang berkualitas.

Seperti biasa, kita masih mengikuti protokol kesehatan dengan menjaga jarak.

Atau physical distancing.

Nah, teman-teman T-Friends, banyak banget nih yang akan wisuda sebentar lagi

Hal-hal apa saja sih yang perlu kita persiapkan?

Kali ini kita kedatangan dua tamu yang luar biasa, tamu kita yang pertama adalah Mbak Agustina Samara yang biasa kita sapa dengan Mbak Tina.

Saat ini Mbak Tina bekerja di DANA sebagai Chief People Officer.

Selamat datang Mbak Tina di Tanoto Foundation Center.

Hai Obin, seneng banget ketemu di sini.

Halo. Kemudian tamu kita yang kedua adalah Mbak Dhita Eka.

Dan Mbak Dhita ini sekarang bekerja di RGE sebagai Talent Acquisition Manager.

Selamat datang di Tanoto Foundation Center,Mbak.

Terima kasih, Obin. Hai T-Friends!

Ya, baiklah T-Friends! Satu langkah sudah selesai nih, T-Friends sudah pada lulus kuliah ya kan.

Jadi apa the next step setelah itu?

Pastinya cari kerja!

Nah, langsung aja nih kepada Mbak Tina. Kira-kira nih Mbak Tina, apa sih yang perlu dipersiapkan oleh T-Friends sebelum mereka lulus kuliah?

Nah, menarik untuk aku share disini kepada teman-teman T-Friends

Yang harus dipersiapkan adalah skill set-nya mereka untuk siap kerjanya.

It’s not about your degree atau your major gitu ya dari background yang mana.

Tetapi adalah siap kerja dari segi mental gitu.

Karena di real life itu bukan hanya bicara text-book yang kita pelajari tapi juga bagaimana you deal with people, you deal with all the situation.

Nah untuk bisa membantu mempersiapkan mental itu.

Benar.

Karena kalau kuliah itu kan ada ujiannya, kemudian ada waktu time-plan-nya.

Sementara kalau di kerjaan itu mereka harus lebih punya self time-management sendiri

kemudian harus proaktif ya approach temen-temen yang lain gitu kalau misalkan nggak tahu.

I see. Nah, tadi Mbak Tina mention tentang skill, nih.

Kalau menurut Mbak Tina nih, skill apa aja sih yang saat ini harus dimiliki oleh kaum-kamu millennials?

Teman-teman yang mau lulus yang sebentar lagi.

Ya ya, secara akademik scoring boleh tinggi gitu ya, tetapi bagaimana…

How you communicate your ideas, how you communicate your performance,

itu akan sangat penting sekali gitu ya.

Pada saat interview bukan hanya bicara interview performance tapi kita bisa melihat bahwa.

IP tinggi tetapi kemudian pada saat bekerja dia tidak bisa mengartikulasikan idenya, itu sulit gitu.

Kan kita nggak mungkin bisa suudzon ataupun baca pikiran orang ya,

Jadi communication skills needed here.

Lalu yang kedua adalah bagaimana juga mental untuk bisa dealing with people,

Jadi empati-nya sama konflik manajemennya juga harus ada.

Nah, saya saranin buat T-Friends apalagi dengan yang mau deket-deket lulus ini ya.

Coba cari magang ya.

Atau pun terus mencoba untuk bisa berkolerasi.

Bereksperimen ya.

Jadi tidak hanya teori tapi benar-benar diimplementasikan gitu ya Mbak Tina ya.

Iya, betul

Ikut organisasi-organisasi ataupun webinar-webinar.

Yang bisa ada interaksi sosialnya juga.

So you can develop your communication skills as long as dealing with people-nya juga.

Apalagi kalau mau memang bersaing di dunia start-up yang saat ini lagi happening di Indonesia gitu ya Mbak Tina ya..

Betul betul

Oke.

Tapi kalau start-up itu kan cepat banget, ya.

Baru ngomong 1 kemudian besok harus ada kerjaan dua lagi gitu.

Jadi..

Bener-bener harus fleksibel banget ya.

Iya jadi aku ngomong skill yang ketiganya adalah multi-skilling-nya perlu gitu.

Nggak bisa cuman..

Satu tok gitu, ya

Iya ga bisa satu tok

Kalau dari Mbak Dhita nih menurut pengalamannya Mbak Dhita, bagaimana sih persaingan sekarang ini gitu loh?

Persaingannya cukup ketat, ya.

Karena kalau dibilang sekarang banyak yang mencari kerja tapi sebenarnya kita sebagai rekrutmen, talent acquisition itu juga susah mencari kandidat yang cocok.

Agak lucu sebenarnya banyak yang ngelamar tapi kita juga pun pemilihnya.

Jadi milih yang memang bisa survive secara mungkin culture fit, kemudian dia juga, kita harus lihat pengalamannya, kecocokannya dengan pekerjaannya.

Setelah diseleksi dengan ketat itu belum tentu juga dia bisa survive untuk…

Sampai ke akhir gitu ya?

Ya, engga akhir juga sih.

Tapi maksudnya, kita kan maunya yang bisa meniti karier gitu di company kita gitu,

Kita tidak mau yang baru diajarin sebentar.

Keluar.

Setahun keluar gitu jadi ilmunya itu sayang gitu.

Mungkin kita langsung jump nih ya mengenai anak milenial seperti disebutkan oleh Mbak Dhita tadi bahwa baru sebentar keluar itu sering banget ya?

Sekarang ini nih it’s happening, right?

Jadi, anak millennials nih 6 bulan, setahun, keluar

Nah, kalau menurut pengalamannya Mbak Tina nih.

Apa sih penyebab itu terjadi?

Ya, ya. I echoing gitu ya dari Mba Dhita.

Jadi memang sebenarnya bisa dilihat bahwa, aku nggak bisa generalisir semuanya, bahwa itu jadi itu kutu loncat gitu ya.

Tapi I can see bawa kenapa teman-teman itu bisa 6 bulan terus langsung

keluar. Atau 1 tahun atau langsung keluar karena generasi ini sepertinya kalau gue bilang kayak aku tahu apa yang kumau gitu ya.

Jadi karena mereka memang mereka punya IQ dan kecepatan untuk belajar itu luar biasa gitu.

Jadi Google cuman dengan Mbah Google aja kan bisa langsung tahu.

Jadi within 6 bulan mereka bisa sudah paham secara knowledge-based.

But yang suka dilupakan adalah setelah 6 bulan ataupun 1 tahun.

Gue udah tahu semua nih Mba sekarang, can you promote me.

Can you move me to the other functions gitu.

Nah, itu yang aku kemudian kasih nasehat gitu.

Iya lu udah tahu nih dari segi knowledge, tetapi kan bukan berarti sudah tahu itu berarti mahir.

Mahir, betul

Nah, kita suka melupakan, nih buat T-Friends, bahwa apa yang sudah kalian tahu tapi belum tentu mahir

Nah, kemahiran itu butuh waktu.

Butuh waktu, proses. Dan itu yang suka lupa ya maunya instan gitu ya.

Udah 6 bulan setahun nggak dapet promotion udah tahu gitu langsung pindah.

Padahal belum, belum khatam lah kata orang gitu ya.

Kalau mbak sendiri nih, di tempatnya Mbak Dhita di RGE

Skill Apa sih yang sekarang ini lagi dibutuhkan banget?

RGE kan memang di natural resources, base-nya

Jadi grupnya memang di natural resources.

Jadi pasti kita butuh yang basic banget di Plantation

Yang benar-benar lulusan pertanian, kehutanan, itu justru challenging-nya di situ.

Dan memang harus hjuga.

Karena kalau misalnya tadi seperti Mbak Tina bilang kalau misalnya. Saya sudah bisa, saya mau pindah ke tempat lain gitu.

Mungkin itu ya expertise itu yang harus dibangun gitu.

Walaupun sudah bisa tapi belum tentu nanti ketika dipindahkan ke bagian lain dia bisa survive nggak karena walaupun ada di Google tapi skillset yang adaptasinya, leadership-nya dia, itu juga harus dibangun

Kalau di DANA sendiri itu skill set apa sih yang saat ini sedang dibutuhkan?

Aku rasa aku share tiga hal ya.

Tiga C kalau bisa diingat gitu ya

Skill set yang kita lagi butuhin banget itu adalah critical thinking.

Kenapa critical thinking?

Tadi kan kita juga Mba Dhita bilang bahwa ressilience perlu gitu kan.

Terus harus khatam ya, expert.

Karena gini, kalau kita cuman tahu setengah-setengah.

How do you know bahwa kita akan kritis sekali untuk lihat sampai ke root cause-nya itu.

Jadi critical thinking butuh, kemudian complex problem solving.

Kenapa kompleks? We are in the VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity) era.

Di mana multi-skilling tadi gitu ya pada saat ada satu masalah kita bisa melihat itu dari seluruh aspek. Nggak cuman satu aspek doang.

Nah untuk bisa punya itu itu harus kecemplung dengan permasalahan yang ada.

Supaya punya sensing bahwa kalau lihat problem ini itu enggak

cuman satu tambah satu jadi dua.

Itu nggak bisa cuman satu tambah satu dua bisa aja 1 + 1 + 3 kurangi

Sekian sekian sekian dan hasilnya itu

Yang 3C berikutnya adalah kreatif karena when you know I’m ready in this things kemudian kita bilang, oh udah pintar di situ, nggak bisa.

Kemudian 5 bulan lagi it can be changed

Jadi kita harus betul-betul kreatif untuk bisa tahu itu, and keep learning on this matter.

Jadi orang nggak boleh sombong tuh, T-Friends

Betul. Menurut pengalamannya Mbak Tina nih IPK, pengalaman magang, itu keharusan nggak? Mungkin boleh nih dijelaskan.

Nah, kalau di DANA jadi kita juga ada minimum IP di 3,2 sampai 3,5 itu kita masih bisa consider.

Selain IP, yang saya juga lihat adalah bagaimana mereka punya suatu communication skill sama complex problem solving itu.

Nah, biasanya teman-teman yang fresh graduate suka alasan ‘Kan saya belum pernah kerja, jadi gimana gua mau critical thinking

Padahal sebenarnya kalau saya, saya interview saya suka melihatnya adalah organisasi yang sudah diikuti pada saat kuliah gitu ya.

Karena biasanya, itu aku bisa punya my own research gitu, 80 persen of all the people yang belum lulus.

Tetapi mereka sangat aktif di OSIS, aktif di NGO, aktif di apapun itu yang umumnya mereka punya resiliensi-nya ataupun communication skill

ataupun complex problem solving-nya cukup tinggi

Nah, satu lagi nih Bin. Aku jadi kepikiran juga nih soalnya, buat ngingetin T-Friends juga gitu ya.

Karena kan kita sekarang ini suka dengan sosial media, HP ya, game-game gitu ya.

Jadi kita silo.

Memang sih kita berteman dengan banyak teman dari social media, tapi kan pakai chatting.

Sementara communication skill, kita tidak bisa menghindari loh. Yang di atas menciptakan tuh interactions people face-to-face-nya tuh perlu

Face-to-face in person, ya

Atau pun emphati-nya itu hanya bisa di-build dengan kita berteman secara live.

Kalau IPK memang salah satu apa ya kriteria seleksi, karena memang kalau misalnya kita kuliah, ketika IPK nya sudah mungkin 3 gitu ya itu kan berarti dia bisa maintain, bisa time manajemen untuk menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

Oke. Time management-nya bagus gitu ya

Tapi engga sampai 3,95 ya, itu saya juga engga sampe

Selain itu dilihat juga organisasi, seperti tadi Obin bilang.

Enggak usah jauh-jauh deh, enggak usah sampai saya ngejar harus kompetisi luar negeri, tidak perlu.

Carilah sebanyak mungkin pengalaman organisasi selagi masih kuliah karena waktu masuk kantor itu akan lebih berat.

Ketika kita bekerja bahkan kalau kita tidak perform ada penaltinya ya kan.

Nah, sharing dong kira-kira apa sih yang harus dipersiapkan oleh T-Friends saat interview?

Ketika interview, pertama-tama, kuasai apa yang ada di CV-nya pasti ya jadi jangan begitu CV, ‘oh saya tulis itu, ya?

Jadi ketika Dhitanya sudah bisa menjawab dan kemudian kegiatan-kegiatannya juga usahakan memang yang benar-benar dikerjakan.

Karena ketika Dhitanya itu harus bisa menjelaskan, kan

Dan hati-hati jangan under-selling atau over-selling

Kaya jualan obat.

Iya banyak diceritain, begitu Dhitanya itu nggak nggak tahu, nggak bisa jawab.

Kalau dari Mbak Tina nih, karena kan pasti teman-teman yang akan melamar pekerjaan harus membuat CV. CV dengan baik dan benar itu cukup nggak sih?

Ya, as simple as CV aja itu belum tentu semua orang juga tahu loh cara..

Cara menuliskannya, ya.

Bisa menjual diri tapi elegan ya.

Nah, itu yang kadang even like nulis apa pengalaman mereka gitu ya.

Pengalaman mereka tuh prinsipnya adalah dari atas tuh yang paling dulu now-nya baru ke bawah gitu.

Jangan kita tulisnya TK dulu tuh baru sampai kuliah ya gua bacanya juga berapa menit gitu, ya. Kita orang sibuk gitu mau interview.

Jadi prinsip-prinsip CV-nya adalah dari yang sekarang dulu baru sampai ke bawah gitu.

Tetapi bukan masalah itunya aja, tetapi what is achievement that you already

got, itu harus ada.

Nah, temen-temen itu suka kurang bisa menjual diri dari segi writing skills-nya.

Sebab gini ya, memang sih kata orang bahwa interview itu untung-untungan, nggak juga loh.

CV anda bagaimana semenarik mungkin supaya nggak di-reject upfront, bahasa kita di HR gitu ya.

Artinya, nulis CV-nya aja masih berantakan, lu nggak bisa jual diri.

Langsung dibuang ya?

Iya. Padahal mungkin ketika kita gali sebenarnya.

Qualified

Kontennya ada, tapi kan ya memang beginilah proses alam, begitu ya.

Jadi CV itu harus dibuat. Nah, CV dibuat, achievement-nya harus ditulis, gitu.

Untuk interview Mbak Tina?

Be yourself, gitu, jangan over-selling. Sama aku pengen nitip satu bahwa santun itu dan normatif itu tetap ada.

Casual talk is oke gitu, tapi kan bukan berarti melanggar aturan normatif dan sopan santun.

Harus tetap respek ya.

Ya, aku setuju. Thank you. Pakai respek aja deh ya. Jadi kita respek dong sama orang yang

interview, ataupun yang me-interview dan yang di-interview, gitu.

Jadi ada normatif- normatif yang tetap harus dilihat itu sebagai a value of respect tadi ya.

Dan terasa pada saat interview itu juga bicaralah secara baik dan benar

Boleh dealing dengan gaji langsung di situ if you wanna mention that one

Karena kan ada orang yang langsung tiba-tiba nih ‘Mbak saya minimal gaji berapa kalau saya nggak gaji sekian saya nggak mau interview’

 

Fine, gitu nggak apa-apa juga, but when you talk about the salary, when you talk about what kind of a position that you want, itu dengan communication skill yang tadi saya bilang, baik ya.

Menurut pengalamannya Mbak Tina untuk teman-teman yang fresh graduate, yang baru kerja gitu tuh ada culture shock nggak sih? Dan kira-kira apa nih masukkan buat teman-teman T-Friends yang mau bekerja?

Ya, culture shock pastinya iya. Jadi untuk bantu culture shock tersebut, di DANA kami melakukan orientation program jadi untuk bisa bantu ke sana.

Namun aku titip juga ke T-Friends-nya adalah untuk supaya bisa punya adaptasi yang baik.

Karena gini, even dari fresh-grad ke organisasi ataupun akan pindah ke organisasi

yang lain pasti ada culture shock.

Nah, culture shock itu akan bisa dimenangkan atau bisa di fine-tuned dan kita nggak cepet baper, gitu ya.

Apalagi anak zaman sekarang,ya mudah baper ya.

Iya. Itu adalah dengan adanya 4 Quotient kalau aku bilang. Jadi not enough untuk IQ, sudah

kenal EQ, emotional quotient, gitu.

Aku tambahin 2, gitu adaptability quotient, karena dengan adaptability quotient, gitu, kita cepat sekali beradaptasi.

Nah, dengan beradaptasi itu dibantu yaitu teman-teman harus punya people skills-nya kuat jadi bisa dealing kalau ‘aku tahu nih orang ini tipenya kayak gini, gitu. Jadi gua approach-nya kayak gimana’.

Nah, itu harus ada adaptability karena even di satu organisasi pindah dari satu unit ke unit yang lain pun with the different leadership that would be adaptasinya butuh.

Sama C, yaitu CQ ya culture quotient. Kalau orang itu nggak punya sensing di situ dia akan kaku, dan kaku jadi stres.

Oh, betul.

Nah, kalau udah stress productivity menurun. Karena…

Ga fokus lah dia juga untuk kerja ya?

Betul, karena kan kalau dia stress EQ sama IQ-nya kan nggak jalan dan itu sangat bahaya.

Wah, T-friends, sudah tidak terasa sudah selesai nih banyak banget kita ngobrol, diskusi tentang hal-hal apa, skills apa saja yang T-Friends butuhkan untuk melamar pekerjaan.

Jadi T-Friends, semoga diskusi kita program kita pada hari ini bermanfaat dan T-Friends bisa implementasikan.

Terima kasih kepada Mbak Tina atas waktunya, ilmunya luar biasa sekali, kepada Mbak Dhita juga.

Sama-sama.

Terima kasih, dan T-Friends, sampai jumpa di Jadi Teladan berikutnya! Bye-bye!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments