Selasa, 19 September 2023

Hello Gulö: Inovasi untuk Jadi ASN Berprestasi

Zona nyaman menjadi salah satu hal yang identik dengan pekerjaan seorang Aparatur Sipil Negara atau ASN, yang kerap kali menghambat adanya inovasi. Tapi menurut Jaya Setiawan Gulo atau biasa dikenal dengan Hello Gulö, seorang ASN yang sempat mengabdi di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan di Medan dan kini bekerja di Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan di Jakarta Pusat, ASN perlu mendobrak stigma tersebut dengan memiliki pikiran terbuka.

Dalam episode Bincang Inspiratif kali ini, Tanoto Foundation, dipandu oleh Rachel Amanda, berbincang dengan Hello Gulo, founder dari komunitas Jadi PNS dan peraih Piala Adhigana kategori ASN Inspiratif dalam Ajang Anugerah ASN 2019 yang diadakan oleh KemenPAN-RB. Keduanya membahas tentang inovasi Gulo dalam Kementerian dan pentingnya keluar dari zona nyaman untuk mewujudkan ASN unggul.

Kecemplung jadi ASN

Gulo tumbuh dengan seorang ayah pengusaha dan ibu ASN. Sejak kecil, ia bisa melihat langsung dan membandingkan kedua pekerjaan tersebut dari segi kinerja, aspek finansial, hingga kesempatan berjejaring. Gulo pun mantap memilih untuk menjadi pengusaha, sebelum akhirnya usaha sang ayah mengalami kebangkrutan. Sebagai anak pertama, Gulo yang notabene akan menjadi tulang punggung untuk keluarganya perlu memutar otak untuk melanjutkan pendidikannya, yang ia lakukan dengan mencari kesempatan beasiswa. Akhirnya, ia berhasil diterima di program beasiswa PKN STAN (Politeknik Keuangan Negara Sekolah Tinggi Akuntansi Negara), yang lulusannya otomatis menjadi seorang ASN. Dari sanalah, perjalanan Gulo sebagai ASN dimulai.

Kolaborasi untuk terciptanya inovasi

Tidak dipungkiri oleh Gulo, terdapat perbedaan generasi antara ASN muda dengan senior. Tiap generasi punya keunggulannya masing-masing, di mana ASN senior memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak, sedangkan ASN muda memiliki jiwa yang lebih inovatif dan penuh ide, haus informasi baru, bergerak lebih cepat, dan lebih menguasai teknologi. Tapi di kenyataannya, ASN muda belum sematang itu untuk menciptakan sebuah konsep ataupun inovasi, sehingga mereka butuh pendampingan dan arahan dari ASN senior. 

Seringkali, inovasi tertabrak dengan birokrasi di pemerintahan yang panjang. Tapi untungnya, Gulo bercerita bahwa di Kementerian Keuangan sekarang, sudah diciptakan sebuah sistem digital agar ASN bisa mendapat persetujuan dan tanda tangan dari pimpinannya secara digital untuk mempercepat proses dalam birokrasi. Selain itu, Kementerian Keuangan juga telah membuat Indikator Kinerja Utama (IKU) untuk mengukur keberhasilan suatu tujuan dari tiap pekerjaan yang dilakukan ASN. Dengan begitu, semua ASN menjadi berlomba-lomba untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik dan hal ini menciptakan kompetisi yang sehat. Saat tiap individu berusaha menjadi lebih baik, kinerja tim juga akan menjadi lebih baik.

Belajar di luar kandang sendiri

Belajar dari pesan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mendorong tiap ASN untuk selalu belajar dari tempat lain, Gulo terpacu untuk terus belajar dan memiliki pikiran terbuka. Menurutnya, ASN unggul kelas dunia tidak bisa tercapai jika ASN hanya belajar di ‘kandang’ sendiri. Gulo sendiri selalu meluangkan waktunya untuk berorganisasi, salah satunya dengan aktif di Indonesia Nederland Youth Society. Pada tahun pertamanya, ia langsung ditunjuk untuk menjadi ketua organisasi tersebut di Indonesia dan bekerja sama dengan orang-orang Belanda. Dari pengalaman itu, Gulo mendapat banyak inspirasi dan belajar banyak hal baik untuk ia terapkan di Indonesia, tidak hanya dari negara Belanda tapi juga dari negara peserta lainnya, mulai dari negara berpendapatan rendah, berkembang, hingga maju. 

Salah satu inspirasi yang diterapkannya di Indonesia adalah pembuatan aplikasi Electronic Customs Declaration. Kini, siapapun yang masuk ke Indonesia dari luar negeri sudah bisa mengisi formulir deklarasi bea cukai secara digital dan mengirimnya ke dalam sistem secara daring untuk memudahkan proses kedatangan. Dengan kemudahan ini, orang-orang tidak lagi perlu mengisi kertas formulir saat keluar bandara, cukup langsung menunjukkan QR code yang berisi data lengkapnya.

Tidak hanya belajar dari luar negeri, Gulo juga selalu berusaha berjejaring dengan banyak orang untuk keluar dari zona nyamannya. Di luar pekerjaan, Gulo berbaur dengan teman dari berbagai profesi, mulai dari sektor swasta, perusahaan multinasional, hingga NGO. Dari sana, ia belajar tentang cara bekerja dan berkompetisi yang mungkin tidak ia dapatkan dari tempat kerjanya ataupun media sosial.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments