Rabu, 25 Oktober 2023

Dr. Iwan Syahril, Ph.D.: Bersama Gotong Royong Atasi Darurat Literasi

Tingkat Literasi Anak Indonesia

 Survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) dan dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019 mengungkapkan situasi literasi anak di Indonesia yang mengkhawatirkan. Dalam peringkat PISA, Indonesia berada di posisi ke-62 dari 70 negara, menjadikannya salah satu dari sepuluh negara terbawah dengan tingkat literasi yang rendah. Sekitar 70 persen siswa di Indonesia berada di bawah standar minimum dalam literasi.

Dalam podcast Unlocking Potential, Dr. Iwan Syahril, Ph.D., Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia menjelaskan bahwa situasi ini menjadi fokus utama dari Program Merdeka Belajar tahun 2019. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan berbagai cara, termasuk perbaikan kurikulum, peningkatan kualitas siswa dan tenaga pengajar, serta bantuan pendidikan. Hal ini juga berkaitan dengan upaya meningkatkan literasi sebagai kompetensi dasar yang harus dikembangkan melalui berbagai mata pelajaran.

Data dan riset yang diperoleh melalui Asesmen Nasional menjadi sumber informasi penting dalam menggambarkan situasi literasi dan pencapaian belajar di Indonesia. Hasil dari Asesmen Nasional dan data lainnya disajikan melalui platform Rapor Pendidikan. Platform ini bertujuan untuk membantu satuan pendidikan dan pemerintah daerah dalam mengidentifikasi tantangan pendidikan di sekolah, serta sebagai dasar untuk merancang perbaikan berdasarkan data yang terintegrasi. Melalui kerja sama yang kuat antara Asesmen Nasional dan Rapor Pendidikan, diharapkan upaya-upaya perbaikan pendidikan di Indonesia dapat lebih terarah dan efektif.

 

Upaya Meningkatkan Kemampuan Literasi Anak

Meningkatkan literasi anak di Indonesia merupakan suatu tantangan yang melibatkan semua pihak, mulai dari pemerintah hingga keluarga. Hasil penelitian dari Asesmen Nasional menjadi landasan pemerintah untuk melakukan berbagai intervensi dalam membangun tingkat literasi sebagai bagian dari visi Indonesia Emas 2045.

Intervensi yang dilakukan mencakup sejumlah kegiatan, seperti pengiriman buku ke daerah-daerah dengan tingkat literasi rendah, program bimbingan atau tutoring oleh mahasiswa Kampus Mengajar, serta penyelenggaraan pelatihan bagi guru, pustakawan, dan kepala sekolah. Semua upaya ini diselenggarakan secara terkoordinasi untuk mencapai hasil yang maksimal.

Meski demikian, terdapat tantangan besar dalam upaya meningkatkan literasi di Indonesia. Wilayah besar dan tata kelola yang kompleks menjadi tantangan pemerintah dalam meningkatkan literasi di Indonesia. Terdapat lebih dari 550 pemerintah daerah yang memiliki anggaran untuk pengelolaan pendidikan, sehingga koordinasi dan pengawasan menjadi sulit dilakukan. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah telah membentuk Tim Pendamping Literasi Daerah (TPLD) yang bertugas membantu pemerintah daerah dalam peningkatan literasi, termasuk pendirian perpustakaan yang komprehensif dan perluasan akses internet.

Selain pemerintah, keluarga juga memiliki peran penting dalam membangun kemampuan literasi anak. Iwan Syahril, yang dahulu pernah menjadi pendidik, menekankan pentingnya keluarga menyediakan buku yang tidak hanya disukai oleh anak-anak, tetapi juga relevan dan mendorong minat baca. Iwan Syahril berkata bahwa “Terkadang kita hanya menyediakan buku yang anak suka, bukan apa yang orang tua ingin anaknya baca dan pahami”. Hal ini untuk menanamkan kebiasaan literasi, yang bukan hanya membaca, melainkan juga merangsang rasa ingin tahu dan berpikir kritis anak.

 

Tantangan dan Panggilan Bersama untuk Masa Depan Cerah Indonesia

Meningkatkan tingkat literasi di Indonesia adalah tantangan bersama yang memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Sektor pendidikan, pemerintah, penggiat literasi, kepala sekolah, guru, dan pihak swasta harus membentuk ekosistem yang saling bersinergi untuk mencapai tujuan ini. Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, melainkan tentang membentuk pola pikir kritis dan rasa ingin tahu sepanjang hayat.

Iwan Syahril, mengajak kita semua untuk berkontribusi dalam menciptakan literasi yang lebih baik, terutama bagi generasi penerus Indonesia, yaitu anak-anak. Visi Indonesia Emas 2045 menjadi panggilan bersama yang memotivasi kita untuk bergerak. Mari bergotong royong dan berperan aktif dalam membangun masyarakat literasi yang kuat demi masa depan yang cerah untuk Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments