Tetap Berinovasi Agar Pembelajaran Tetap Menarik Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

“Ingin diakui.” Ini adalah harapan orang tua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) di SDN 131/IV Kota Jambi, tempat saya bertugas menjadi kepala sekolah.
Saya, Basyir, ingin menjadi guru karena ketika saya kecil salah satu tetangga di desa saya berprofesi sebagai guru. Saya ingin mengabdi agar bisa mendidik anak desa supaya mereka bisa bernasib lebih baik dan mengentaskan kebodohan di desa.
Di sekolah kami yang memiliki 31 ABK sebagai siswa, menjadi pintar bukanlah segalanya. Untuk anak-anak berkebutuhan khusus, yang mereka butuhkan adalah kesempatan untuk berbaur dan diterima, untuk memiliki teman sebaya yang memperlakukan mereka secara setara.
Ketika saya tanya mengapa salah satu orang tua menyekolahkan anaknya bersama kami dan bukannya di sekolah luar biasa, dia menjawab, “Saya menyekolahkan anak kami bukan supaya pintar atau hebat, tapi ingin diakui. Saya ingin anak kami diterima di masyarakat.”
Supaya ini tercapai, pada setiap tahun ajaran baru kami mengadakan pertemuan orang tua untuk memperkenalkan siswa ABK di setiap kelas. Kami terbuka tentang keadaan mereka karena kami ingin orang tua dan siswa lain mengerti.
Salah seorang anak berkebutuhan khusus bercerita pada saya, dia ingin berprestasi dan ingin terus belajar bersama teman-temannya. Kondisinya memang berbeda dan dia juga ingin pintar.
Di tengah pandemi, guru kami harus berinovasi supaya pembelajaran tetap menarik. Kami bersyukur bahwa dengan pelatihan dari Tanoto Foundation, kami bisa mempelajari metode pengajaran yang kreatif sehingga pembelajaran tetap bermakna dan bervariasi.
Tetapi ABK menghadapi tantangan belajar yang berbeda. Beberapa siswa sangat terikat pada gurunya, sehingga ketika belajar daring mereka merasa kehilangan. Untuk itu, guru-guru melakukan kunjungan ke rumah secara rutin supaya mereka tetap bersemangat.
Saat sekolah tatap muka, ada salah satu murid kami yang tunadaksa. Ketika teman-temannya mengajaknya bermain, mereka juga mendorong kursi rodanya bersama-sama. Mungkin ini bukan harapan yang muluk-muluk: supaya anak berkebutuhan khusus bisa diakui keberadaannya di masyarakat dan juga di tengah teman-temannya.
Saya harap masyarakat bisa menyediakan lebih banyak kesempatan untuk mereka.
—
Foto diambil sebelum pandemi.
Tinggalkan Balasan