Jumat, 11 Januari 2019

Nur Agis Aulia: Berjuang Menyejahterakan Petani Indonesia

Don’t give up without a fight. Kalimat motivasi dari pendiri Tanoto Foundation, Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto, tersebut menjadi kalimat sakti yang akan selalu diingat oleh Nur Agis Aulia.

Alumni Tanoto Scholar atau penerima beasiswa Tanoto Foundation dari Universitas Gadjah Mada ini, menemukan kembali semangatnya ketika mengingat kalimat tersebut, termasuk saat usahanya mengalami kegagalan.

Agis adalah pendiri Jawara Farm, sebuah usaha agroindustri berbasis pemberdayaan masyarakat. Dia mendirikan Jawara Farm pada 2014 di Desa Waringin Kurung, Kabupaten Serang, Banten. Daerah tersebut adalah tanah kelahirannya.

“Saat saya pulang kampung, saya prihatin melihat petani di daerah saya yang hidupnya tidak sejahtera, padahal memiliki potensi pertanian sangat baik. Keprihatinan saya tersebut yang menjadi alasan saya memilih mendirikan Jawara Farm,” kata alumni Universitas Gadjah Mada jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan ini.

Pilihannya tersebut terlihat ganjil di mata banyak orang waktu itu. Sebab Agis adalah lulusan terbaik di jurusannya dan punya kesempatan bergabung dengan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) waktu itu.

Tapi kesempatan tersebut tidak dia ambil. Dia memilih pulang ke desanya dan mencoba memberdayakan masyarakat.

Konsep yang diusung Agis adalah mengenalkan kepada masyarakat bahwa petani bisa hidup sejahtera dan bisa mendapatkan penghasilan harian, mingguan, dan bulanan.

Konsep ini sangat berbeda dengan konsep petani yang ada di desanya yang biasanya mendapatkan penghasilan 3-4 bulan sekali di masa panen.

Dia mengenalkan alternatif mendapatkan penghasilan lebih cepat tanpa menunggu masa panen padi. Dia mengenalkan petani bisa juga memelihara kambing perah yang bisa menghasilkan susu setiap hari.

Mereka juga bisa menanam sayur yang bisa dipanen dalam waktu 1-2 minggu, tanpa harus menunggu berbulan-bulan. Konsep ini telah mengubah persepsi masyarakat, khususnya anak muda di daerahnya.

 

Minat terhadap pertanian dan peternakan pun tumbuh. Agis mengenalkan konsep manajemen pertanian kepada anak-anak muda tersebut. Seorang petani harus punya kemampuan budidaya dan kemampuan memasarkan produk.

Kombinasi dua kemampuan inilah yang sudah berhasil meningkatkan kesejahteraan petani dan peternakan di daerahnya.

Agis sekarang ini sudah melebarkan sayapnya. Dia rutin mengadakan pelatihan budidaya dan manajemen pertanian baik secara tatap muka, maupun daring. Pesertanya tidak hanya dari Indonesia, tapi juga dari luar negeri seperti Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia. Bahkan peserta dari Malaysia sudah melakukan kunjungan ke tempatnya.

Agis mengaku, salah satu kunci keberhasilannya melebarkan sayap adalah jaringan yang kuat, salah satunya dari jaringan Tanoto Scholars. Ia mengaku masih sering bertemu dengan alumni Tanoto Scholars saat mengadakan pelatihan di luar kota.

Ia merasa beruntung menjadi bagian Tanoto Scholars, karena menjadi penerima beasiswa Tanoto Foundation, ia difasilitasi untuk mempunyai jaringan yang luas dan kemampuan memimpin, di antaranya melalui kegiatan dalam Tanoto Scholars Gathering. Ia juga didorong untuk punya kepedulian yang besar kepada masyarakat dan lingkungannya, seperti pesan yang pernah disampaikan oleh pendiri Tanoto Foundation: pay it forward. Balaslah kebaikan dengan melakukan kebaikan kepada orang lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments