Rabu, 8 Mei 2019

Membangkitkan Antusiasme Murid Melalui Pembelajaran Aktif

Setiap guru pasti bahagia bila melihat muridnya bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran. Hal itulah yang saya rasakan saat ini. Murid-murid saya di kelas V SDN 010156 Sei Muka, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara selalu mengikuti pelajaran dengan gembira dan antusias.

Kunci dari antusiasme murid tersebut adalah pendekatan MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) yang saya terapkan di kelas. Materi pendekatan MIKiR saya peroleh saat mengikuti pelatihan peningkatan kualitas guru dari Tanoto Foundation, Oktober 2018 di Kabupaten Batu Bara.

MIKiR adalan pendekatan belajar aktif dan kreatif yang diperkenalkan Tanoto Foundation melalui program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran).

Sejak saya menerapkan pendekatan MIKiR, kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih menyenangkan. Murid bisa mengeksplorasi pelajaran lebih banyak, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator.

Beberapa waktu lalu saya menyampaikan materi ekosistem kepada para murid. Saya pun menyusun kegiatan belajar dengan membuat diorama ekosistem darat dan ekosistem laut. Ide pembuatan diorama ini saya dapat dari materi pelatihan dari Tanoto Foundation pada 2012.

Pembuatan diorama ekosistem adalah tugas kelompok dan ternyata mendapat sambutan hangat dari anak-anak. Saat rencana ini saya sampaikan, mereka terlihat gembira. Saya meminta mereka melakukan pengamatan di sekitar tempat tinggal mereka, lalu menjelaskannya dalam bentuk diorama.

Salah satu kelompok membuat diorama ekosistem laut dengan berbagai contoh makhluk hidup yang tinggal di dalamnya mulai dari kura-kura hingga terumbu karang.

Uniknya, kelompok ini sampai membawa cangkang kelomang untuk menunjukkan makhluk hidup apa yang ada dalam ekosistem laut. Daerah kami memang dekat pantai, jadi murid-murid berinisiatif mengambil bahan dari ekosistem aslinya.

Proses pembuatan diorama adalah proses mengalami dan interaksi murid dalam satu kelompok. Mereka mengamati ekosistem darat dan ekosistem laut seperti apa. Hal tersebut merupakan bagian dari ‘mengalami’.  Setelah itu para murid ‘berinteraksi’ merancang desain diorama dan menentukan materi yang akan digunakan.

Setelah diorama jadi, mereka akan mempresentasikan hasil kerja mereka. Pada tahap ini, ‘komunikasi’ terjalin antar-kelompok. Presentasi hasil kerja ini ternyata berhasil membuat para murid lebih berani dalam menyampaikan gagasan. Soft skill mereka otomatis terasah.

Bagian terakhir dari pendekatan MIKiR adalah ‘refleksi’. Kira-kira ilmu dan pengetahuan apa saja yang mereka dapatkan dari kegiatan ini. Misalnya saja apakah ekosistem di laut atau pantai sekarang ideal untuk makhluk hidup yang tinggal di dalamnya.

Ternyata ada murid yang mengatakan di pantai banyak sampah plastik yang kurang bagus buat ekosistem laut. Guru tinggal memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki ekosistem tersebut.

Bagi saya, pendekatan MIKiR sangat bagus untuk membentuk kreativitas murid dan guru. Selain murid, guru pun dituntut untuk berpikir kreatif, karena sebelum mengajar sudah harus berpikir kira-kira kegiatan apa yang bisa dipilih agar pendekatan MIKiR bisa diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar.

Artikel ini ditulis oleh Nurul Hasanah, Guru kelas V SDN 010156 Sei Muka, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments