Selasa, 24 Oktober 2023

Ivan Lanin, Wikipediawan: Indonesia Darurat Literasi. Bagaimana Cara Mengatasinya?

Apa itu Literasi?

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melaporkan hasil penelitian pada tahun 2021 yang menunjukkan bahwa Indonesia sedang menghadapi “darurat literasi”. Perlu dipahami bahwa literasi tidak melulu soal membaca. “Sebenarnya dulu yang disebut literasi itu adalah kemampuan baca tulis, inget ya, baca dan tulis. Jadi bukan hanya baca aja, ada juga aspek tulisnya.” kata Ivan Lanin dalam episode terbaru podcast Bincang Inspiratif Tanoto Foundation, yang dipandu oleh Ivy Batuta.

Namun, seiring dengan perkembangan teknologi digital, literasi meluas menjadi enam jenis, yaitu calistung (baca tulis dan berhitung), numerik, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan. Dengan demikian, literasi bukan hanya sekadar kemampuan membaca, tetapi juga mencerna informasi, menilai kebenaran informasi, dan menghasilkan informasi baru dengan teknologi digital.

 

Minat Membaca di Kalangan Bangsa Indonesia

Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya pembiasaan membaca sejak dini, terutama dari lingkungan keluarga. Hal ini dapat berdampak pada akses terhadap pengetahuan baru. Terlebih lagi, penelitian menunjukkan bahwa kemampuan konsentrasi manusia, yang disebut sebagai attention span, semakin menurun karena disebabkan oleh rendahnya akses terhadap sumber bacaan dan rendahnya kualitas literasi.

“Darurat literasi ini bukan hanya masalah anak-anak, tetapi juga orang dewasa,” kata Ivan. Kemampuan untuk membaca dan menulis dengan baik sangat penting, terutama dalam dunia profesional. Ivan membagikan pengalaman ketika ia dulu bekerja sebagai konsultan manajemen, Ia sering menemui rekan kerja dengan keahlian berbahasa yang buruk, yang akhirnya menghambat pekerjaan, misalnya dalam surat-menyurat, membuat laporan, dan lain-lain.

 

Upaya Mengoptimalkan Literasi

Di tengah kemajuan teknologi yang memudahkan akses informasi, kita harus bijak dalam menilai kebenaran informasi yang kita terima. Teknologi juga memungkinkan informasi yang tidak benar atau meragukan untuk tersebar luas dengan cepat.

Menurut Ivan Lanin, pemerintah sudah sadar akan kondisi darurat literasi dan melakukan upaya melalui sistem pendidikan. Salah satu solusi yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia pada tahun 2016 yang meluncurkan Gerakan Literasi Nasional (GLN). Tujuan umum GLN adalah untuk menumbuh kembangkan budaya literasi pada ekosistem pendidikan mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.

Literasi sangat penting untuk mengisi konten pengetahuan dan meningkatkan kualitas bahasa, serta untuk mengembangkan empat keterampilan dasar berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kata Ivan dalam podcast Bincang Inspiratif, “Karena saya sering berhadapan dengan berbagai jenis orang, pengetahuan bisa diperoleh dari mendengarkan. Sumber asupan kita bisa dari bacaan, pengamatan, bahkan obrolan.”

Menurut World Economic Forum, 4C adalah singkatan dari empat keterampilan yang dianggap penting untuk dimiliki oleh sumber daya manusia di era digital saat ini. Keempat keterampilan tersebut adalah:

– Critical thinking and problem solving (Kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah)

– Creativity (Kreativitas)

– Communication skills (Keterampilan berkomunikasi)

– Collaboration (Kerjasama)

Keterampilan 4C ini dianggap sangat penting untuk menghadapi tantangan di era Revolusi Industri 4.0, di mana teknologi informasi menjadi sangat dekat dengan keseharian manusia. Oleh karena itu, konsep 4C sedang giat dikembangkan pada institusi-institusi pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam pasar bebas ASEAN.

Selain itu, orang tua dan guru harus mulai rajin membaca dan menceritakan isi bacaan mereka kepada anak sebagai upaya untuk meningkatkan literasi di lingkungan keluarga. Dari situ, anak akan memahami bahwa rajin membaca akan membuka peluang untuk mendapatkan informasi dari yang tidak pernah dialami sebelumnya.

Kita tidak boleh menyerah begitu saja terhadap rendahnya literasi di Indonesia. Dengan semangat dan antusiasme dari para pendidik, kita bisa bersama-sama memajukan kemampuan literasi Indonesia dan mencapai angka yang lebih baik lagi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments