#TanotoScholars,

blog

Jumat, 23 Agustus 2019

Menggali Potensi Bangsa, Merdeka Bung!

oleh : Ersa Satria Sinulingga (NCS 18, Tanoto Scholars Association Universitas Andalas)

Merdeka, bung!

Slogan ini seakan menjadi jiwa jiwa dari perjuangan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia. Seluruh rakyat Indonesia patut mengucapkan rasa syukur atas anugerah Peringatan  Kemerdekaan Republik Indonesia ke 74 ini. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus memiliki cita-cita dan impian yang besar pula, terutama cita-cita mencerdaskan rakyat Indonesia. Kemerdekaan indonesia merupakan masa dimana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama masa kolonialisme. Dalam masa ini muncul sekelompok masyarakat Indonesia yang menginginkan adanya perubahan karena penindasan. Anak-anak muda hadir sebagai pelopor dalam kelompok masyarakat Indonesia tersebut.

Pemuda adalah aset zaman yang menentukan bagaimana kondisi zaman tersebut di masa depan. Pemuda merupakan aset bangsa yang menentukan mati atau hidup, jaya atau hancur,  maju atau mundur, sejahtera atau sengsaranya suatu bangsa. Kita meyakini ini karena sejarah sudah membuktikan republik ini berdiri, tumbuh, berkembang, dan maju seperti sekarang karena ditopang anak-anak muda yang tercerdaskan, tangguh, dan energik. Latar belakang sejarah tersebut melahirkan bukti, bahwa  generasi muda merupakan bagian dari perubahan sosial dari generasi ke generasi. Hal ini rasanya tidak akan berubah sampai kapanpun, jika melihat karakter psikologis pemuda yang notabene sedang memasuki masa aktif, reaktif, kreatif, dan kritis dalam masa perkembangan sosial manusia. Tentu sudah menjadi sebuah keniscayaan untuk menyematkan label agen perubahan (agent of change) di pundak generasi muda.

Hari ini kondisi kita jauh lebih maju daripada saat kita menyatakan merdeka. Kita dapat membayangkan betapa sulitnya berat beban yang dipikul para pemimpin republik muda pada saat itu. Mereka harus memulai semuanya dari nol. Sebagai penerima warisan dalam melanjutkan kehidupan bangsa dan negara ini, kita diperhadapkan dengan tantangan globalisasi yang mengerikan. Di zaman sekarang, lawan kita bukan lagi bangsa asing dan bukan lagi berupa genjatan senjata. Melainkan sistem negara kita yang telah terjerumus dengan kenikmatan surgawi semu oleh para pemegang kepentingan. Bukan soal apanya, dalam melihat perspektif negara yang seharusnya menjadi penyedia kemakmuran dan kesejahteraan seluruh raykat, ternyata mereduksi perannya sendiri. Untuk itu upaya memperbaiki sistem ini peran anak-anak muda sangat dinantikan untuk menggali potensi bangsa dalam mengembalikan marwah sebenarnya dari negara.

Representasi yang tepat dalam hal ini adalah kita sebagai mahasiswa. Bagaimana caranya? Salah satu semangat yang dapat kita laksanakan dalam menggali potensi bangsa adalah mengikuti mindset yang dikonsepkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Mahasiswa juga merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki potensi kemudian dan keleluasaan, sehingga mahasiswa harus bisa turut berperan menyukseskan SDGs. Tujuan dari adanya SDGs adalah unutuk mencapai 17 tujuan, dengan 169 capaian yang telah ditentukan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai agenda pembangunan dunia untuk mencapai kemaslahatan manusia dan bumi. Tujuan ini dibentuk bersama negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang terbit pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030.

Mustahil bagi kita sebagai mahasiswa untuk langsung memiliki andil untuk dapat membuat kebijakan yang langsung dapat mengimplementasikan nilai-nilai SDGs tersebut. Langkah awal sebagaisebagai kaum terpelajar dapat dengan menerapkan hal-hal berikut, yaitu:

Pertama, Mulai kebiasaan kecil.

Bangsa kita adalaha bangsa yang besar dengan kekayaan alam yang melimpah. Namun, untuk menjaga konsistensinya, mulailah dari yang kecil dulu. Biasakan mengamati keadaan di sekitar kita. Mulai dari lingkungan tempat kita tinggal, apakah bersih, atau kah sampah masih berserakkan, atau lubang wastafel mampet sehingga membuat banjir. Dari kebiasaan mengamati tersebut, maka akan timbul rasa tidak nyaman dan tidak enak sehingga ingin memperbaiki. Nah lakukanlah perbuatan yang bisa memperbaiki tersebut! Misalnya, melihat sampah berserakkan, maka akan membuat kita merasa risih sehingga agar tidak merasa risih lagi kita mulai menyapu atau membersihkan tempat tersebut. Hal seperti ini memang terlihat sepele namun sebenarnya memiliki dampak besar dalam kehidupan.  Ketika kita tetap setia dalam menyelesaikan perkara-perkara kecil maka tanggung jawab lebih besar akan dapat terselesaikan dengan mudah.

Kedua, Mulai dari yang terdekat.

Tidak salah jika kita memiliki cita-cita untuk memajukan Indonesia dan sebagainya, namun, lebih baik lagi jika kita bisa mulai dari memajukan lingkungan sekitar kita. Tidak salah jika kita memiliki mimpi untuk membasmi kemiskinan di Indonesia, namun lebih baik jika kita mulai dari lingkungan sekitar kita. Mari kita berkenalan dengan tetangga-tetangga kita, tumbuhkan rasa percaya antar sesama dan bantu jika mereka memiliki masalah. Atau mulai dari desa tempat kita tinggal, jika terdapat masalah, coba solusikan. Mulai dari yang terdekat dulu, kita perhatikan, kita solusikan jika dibutuhkan.

Ketiga, Suarakan!

Jika kita melihat ada yang kurang benar dengan hal-hal di sekitar kita, kita bisa mulai dengan mengamati lebih lanjut, dan jika memang terdapat sesuatu yang salah sedangkan kita tak punya cukup kekuatan untuk memperbaikinya, kita bisa suarakan masalah tersebut ke pihak yang terpercaya. Misalnya jika kita mendengar anak tetangga kita disiksa oleh orang tuanya, kita bisa coba ajak bicara si anak tersebut dan coba kita bicarakan ke bagian perlindungan anak. Atau jika melihat tindak-tanduk pemerintah yang kita rasa mengganjal, kita bisa analisis lebih lanjut hingga mendapat kesimpulan, dan jika kesimpulan tersebut menunjukkan bahwa ada yang salah dengan pemerintah, kita bisa coba suarakan melewati tulisan kepada bagian yang bersangkutan secara pribadi. Namun, bila hal yang salah tersebut sudah berskala besar dan menyangkut banyak orang, kita bisa coba suarakan hal tersebut ke orang-orang di sekitar kita dan ke masyarakat luas melalui media sosial, cetak, dan banyak lagi.

Tidak ada yang salah dengan demonstrasi ataupun aksi turun ke jalan. Dengan aksi demonstrasi memberikan jalan bagi kita untuk menggiring opini ditengah-tengah masyarakat dan sekaligus memberikan sosialisasi dan pencerdasan politik dan hukum kepada masyarakat luas. Mahasiswa berperan sebagai penyambung lidah masyarakat. Sebab jika bukan mahasiswa yang menjadi tempat penyalur aspirasi masyarakat lalu siapa lagi? Maka dari itu, aksi-aksi turun kejalan dari mahasiswa mesti harus terus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Tentunya aksi yang bermartabat dan sesuai dengan aturan perundang-undangan. Kita dikejutkan dengan aksi yang dilakukan oleh sekelompok oknum yang membakar aparat kepolisian yang mengawal aksi demonstrasi mereka. Marwah mahasiswa sebagai kaum intelektual seakan tercoreng dengan tindakan oknum yang terbakar emosi tanpa lagi menggunakan akal.

Sekiranya tiga hal sederhana di atas yang kita, sebagai mahasiswa bisa terapkan untuk turut menyukseskan Pembangunan Nasional yang Berkelanjutan. Mahasiswa sebagai generasi muda Indonesia  akan menjadi pemimpin-pemimpin yang mampu membawa Indonesia ke era yang lebih baik lagi. Salah satu cara adalah melalui pembelajaran prinsip-prinsip pembelajaran yang harus dipegang teguh, salah satunya semangat continuous learing atau belajar terus menerus. Selain itu, nilai yang juga harus dikuatkan adalah melaksanakan  nilai-nilai kepemimpinan, dimana kita harus bisa memimpin diri sendiri terlebih dahulu dengan baik sebelum memimpin orang lain dan lingkungan yang lebih besa dalam menjalani kehidupan. Jika mereka bisa mengimplementasikan semangat belajar dan kepemimpinan dalam dunia nyata, diharapkan akan lahir pemimpin masa depan Indonesia yang cakap, unggul, dan berwawasan luas. Prinsip pembelajaran inilah yang dipegang teguh oleh Bapak Sukanto Tanoto, Founder Tanoto Foundation dalam mendukung generasi muda Indonesia. Mari kita sebagai masyarakat Indonesia menyadari bahwa perkembangan Indonesia tidak hanya bergantung kepada pemerintah, namun juga kepada kita semua selaku masyarakat Indonesia. Perjuangan bangsa dan negara ini masih panjang dengan berbagai tantangan dan hambatan yang hadir dalam dinamika menuju negara yang maju. Oleh karena itu, Setiap kita dituntut memiliki komitmen kebangsaan dengan menjunjung tinggi konsensus nasional seperti yang tertuang dalam Pancasila dan konsitusi negara. Itulah pancaran semangat dari pekikan,

‘Merdeka, bung!’

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

AUTHOR

TSA Unand