#TanotoFoundation,

blog

Senin, 28 Agustus 2017

Sukatno: Balas Dendam Masa Lalu yang Apik

Guru yang jualan sate atau tukang sate yang menjadi guru? – Pertanyaan awal Andy Noya kepada Sukatno di acara reality show Kick Andy. Sukatno berkesempatan menjadi tamu istimewa Andy Noya karena kisah inspiratifnya. Sukatno merupakan seorang guru SDN 17 Bagan Limau, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau. Sukatno membantu merintis sekolah swadaya masyarakat, Sukatno dan ketiga rekannya mengajar 31 siswa-siswi di awal, dengan fasilitas terbatas pada saat itu.

Sukatno berasal dari Jawa Timur. Pada tahun 1999 Sukatno hijrah ke Pulau Sumatra, tepatnya di Provinsi Riau. Namun, apa yang Ia dapati di Riau berbeda dengan kesehariannya di Pulau Jawa. Ia terbiasa melihat hilir mudik orang banyak dan kendaraan, tetapi sebaliknya, Riau justru menyuguhkan pemandangan hutan yang luas, monyet dan babi. Hal ini mengejutkan batinnya. Juga, Ia banyak melihat anak-anak yang tidak mengecap pendidikan. Ia teringat akan masa lalunya, Sukatno merupakan seorang anak broken home. Selain itu, Ia pun nyaris tidak dapat bersekolah karena keadaan ekonomi yang sulit, seperti yang dirasakan anak-anak tersebut. Ia tidak ingin anak-anak tersebut hanya berkeliaran saja tanpa mencicipi bagaimana rasanya pendidikan. Ia tertantang untuk membuat perubahan agar kesulitan  yang pernah ia alami di masa lampau tidak terulang kembali pada anak-anak itu. Maka, Sukatno terdorong untuk mendirikan sejenis PAUD dengan kegiatan mengaji sore di dalamnya. Inilah permulaan sejarah Sukatno sebagai guru.

Ketulusan Sukatno dalam mengelola PAUD tersebut dilirik oleh para Tokoh Masyarakat. Tokoh Masyarakat menilai baik tindakan Sukatno dan meminta Sukatno untuk mendirikan sistem pembelajaran layaknya Sekolah Dasar (SD), karena banyak anak yang tidak tahu perihal baca dan tulis. Dukungan Tokoh Masyarakat semakin membakar semangat Sukatno dalam usahanya membantu anak-anak menggapai masa depan yang cerah, masyarakat pun bahu-membahu mendirikan SD. Dahulu Sukatno bahkan pernah tidak mendapatkan honor. Orang tua murid membawakan gula, beras dan sayur untuknya. Tetapi, ini dirasa cukup oleh Sukatno, ini sama sekali tidak menyurutkan semangatnya untuk terus berjuang memberikan pendidikan terbaik kepada anak didiknya. Setiap perbuatan baik tidak akan sia-sia, rezeki Sukatno berasal dari sumber lain, sejak tahun 2002 hingga saat ini Sukatno beserta istri membuka usaha dengan berjualan sate dan sayuran.

Sukatno tidak ingin hanya menjadi guru yang biasa-biasa saja. Sukatno melanjutkan pendidikannya, saat ini Ia tengah menempuh pendidikan PGSD jenjang S1 dan akan diwisuda pada Desember 2017. Selain itu, Sukatno rajin mengikuti berbagai pelatihan guna membangun serta meningkatkan kualitas diri sebagai pendidik, baik itu pelatihan yang diadakan pemerintah atau pun Tanoto Foundation. Tanoto Foundation memberikan pelatihan mengenai pembelajaran dengan cara yang mudah dimengerti anak didik, juga melatih dalam pembuatan alat peraga, sehingga proses belajar digemari dan menyenangkan bagi anak-anak didik. Pelatihan yang sering Ia jalani meningkatkan kapasitasnya juga mengembangkan kompetensinya. Saat ini Sukatno dapat mengajarkan hampir keseluruhan mata pelajaran di kelas V, padahal, awalnya Sukatno hanya mengajarkan satu mata pelajaran saja, yaitu Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Baginya, mengikuti pelatihan yang diadakan Tanoto Foundation adalah kegiatan yang sangat bermanfaat. Cara mengajar yang terus menerus diperbaharui demi proses belajar mengajar yang lebih baik, dianggap Sukatno bak membawakan oleh-oleh atau hadiah beharga bagi anak didiknya.

Karya-karya yang diperbuat oleh penggiat pendidikan merupakan cerminan bahwa pendidikan adalah kunci penanggulangan kemiskinan. Pendidikan itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah, sekolah dan guru saja, melainkan tanggung jawab semua elemen bangsa. Tindakan ambil bagian dalam peningkatan pendidikan di Indonesia layak diapresiasi. Tanoto Foundation berharap para penggiat pendidikan yang diapresiasi dapat meneruskan karyanya di mana mereka berada atau bahkan memperluas, pay it forward – Sihol Aritonang, Head of Tanoto Foundation’s Executive Board

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

AUTHOR

Digital Team