Kamis, 2 April 2020

Memahami Perilaku Komunikasi dalam Pemenuhan Nutrisi Ibu Hamil, Bayi dan Balita, serta Praktik Gizi Sensitif di Daerah

Pada tahun 2018, WHO menetapkan Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk[1]. Banyak anak Indonesia masih mengalami kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan yang menyebabkan stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita yang terlihat dari panjang atau tinggi badan yang kurang dibandingkan dengan usia. Anak yang menderita stunting, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.

Akibat berbagai dampak tersebut, stunting dianggap sebagai salah satu ancaman serius terhadap daya saing suatu bangsa. Presiden Joko Widodo telah menetapkan program penurunan angka stunting sebagai salah satu prioritas bagi pemerintah Indonesia, sebagaimana tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2020 – 2024.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa penderita stunting di Indonesia berada pada angka 30,8 persen, di mana batas toleransi stunting yang ditentukan oleh WHO adalah 20 persen atau seperlima dari jumlah keseluruhan balita. Guna mencapai batas toleransi tersebut, pemerintah Indonesia mengembangkan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting guna memperkuat semua layanan terkait stunting dan mendorong konvergensi program-program di tingkat nasional, daerah, dan masyarakat. Strategi ini mengumpulkan komitmen dari 23 kementerian dan lembaga untuk menggabungkan berbagai intervensi gizi prioritas.

Data dari Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, saat ini menunjukkan bahwa perilaku masyarakat dalam pemenuhan nutrisi dan kesehatan keluarga menyumbang sebanyak 30 persen dalam terjadinya kasus stunting. Untuk itu, masyarakat harus didorong untuk dapat mengubah perilaku agar dapat mengurangi dan mencegah anak stunting sejak dini.

Tanoto Foundation, organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, bekerja sama dengan Alive & Thrive (A&T) melakukan studi formatif mengenai Nutrisi Ibu Hamil, Bayi, dan Balita, serta Praktik pengembangan anak usia dini di Indonesia, sebagai data yang diharapkan dapat berkontribusi terhadap pembuatan strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

Metodologi dan Tujuan

A&T melakukan kajian formatif terhadap enam komunitas di enam wilayah berbeda yang memiliki tingkat prevalensi stunting tinggi dan tercatat sebagai daerah prioritas pencegahan stunting. Kajian dilakukan melalui dua cara, yaitu:

1. Tahap Pendalaman

Para pengkaji tinggal bersama masyarakat setempat untuk mengamati sikap dan praktik perilaku nutrisi serta pengasuhan anak usia dini sehari-hari dari tiap-tiap keluarga. Tahap ini dilakukan untuk dapat mengembangkan strategi perubahan perilaku yang tepat guna terhadap konteks dan kondisi di daerah.

2. Pembuatan Prototipe

Proses penerapan strategi yang menekankan terhadap solusi dan mobilisasi sumber daya lokal. Tahap ini dikembangkan berdasarkan pemahaman mendalam mengenai konteks, kebutuhan dan keinginan dari masyarakat daerah yang terlibat, yang didapatkan dari tahap pertama.

Lokasi Studi

Pemilihan enam lokasi penelitian ini melalui proses seleksi yang diawali dengan konsultasi dengan para pemangku kepentingan terkait dan sesuai kriteria. Dua kriteria utama adalah: (i) fokus pada area dengan tingkat prevalensi stunting tinggi dan (ii) diharuskan untuk tetap merangkul dan berpegang pada keberagaman yang ada di Indonesia. Sebagai hasil, dua desa kemudian terpilih di wilayah Barat, Tengah dan Timur Indonesia berdasarkan pemetaan 100 desa prioritas stunting.

Beberapa keluarga di desa-desa tersebut kemudian dipilih berdasarkan rendahnya tingkat pendapatan dan jumlah anak yang dimiliki, dengan turut mempertimbangkan keragaman geografis dan mata pencaharian. Penentuan final terhadap desa-desa yang dipilih didasari pada informasi yang didapatkan pada tahap pelingkupan yang melibatkan kunjungan awal dan riset di internet.

 

Temuan

Temuan dari kajian ini terbagi ke dalam dua tahap, sesuai dengan tahapan kajian yang diterapkan, yaitu:

  • Temuan Tahap Pendalaman

Ditemukan beberapa praktik pengasuhan dan pemberian pola makan di dalam rumah tangga yang sangat berpengaruh terhadap pemenuhan nutrisi anak. Temuan ini mencakup bagaimana pemahaman orang tua dan pengasuh terhadap periode menyusui,  tahap awal pengenalan makanan padat, pemahaman mengenai makanan bergizi, serta pemenuhan nutrisi ibu hamil. Di daerah-daerah terpilih ditemukan fakta-fakta perilaku seperti banyak ibu yang tidak memberikan ASI selama enam bulan pertama, banyak ibu hamil yang cenderung tidak mengonsumsi tablet IFA yang diberikan oleh kader posyandu dan beberapa perilaku lainnya.

Temuan di tahap ini juga mencakup fasilitas pelayanan yang diberikan posyandu dan kegiatan yang dilakukan para kader posyandu untuk memastikan kebutuhan nutrisi setiap anak di daerah terkait terpenuhi.

 

  • Temuan Tahap Pembuatan Prototipe

Tahapan ini berusaha menerapkan strategi perubahan perilaku sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Strategi yang diterapkan mencakup pengenalan buku resep dan klub memasak guna membangun inisiasi pemenuhan makanan bergizi bagi anak, melakukan design ulang terhadap posyandu untuk meningkatkan partisipasi orang tua di posyandu, membiasakan orang tua untuk memasak makanan bergizi dan menghindari makanan instan, mendorong kader posyandu untuk lebih aktif terlibat, hingga mempromosikan praktik-praktik baik mengenai pemenuhan nutrisi anak dan kesehatan keluarga.

 

Unduh/baca laporan lengkapnya klik di sini

 

 Catatan kaki:

[1] “WHO: 7,8 Juta Balita di Indonesia Penderita Stunting”, https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/01/24/p30s85396-who-78-juta-balita-di-indonesia-penderita-stunting, diakses pada 4 Januari 2020.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments