Senin, 18 Februari 2019

Kreativitas Guru di Sekolah Mitra Tanoto Foundation Kembangkan Pembelajaran Aktif

Tri Heni Endang Rachma Pamiluwati guru kelas 4 SDN 25 Pekanbaru, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru, Riau ini sungguh kreatif. Di sekolah yang merupakan mitra Tanoto Foundation ini, ia selalu mendorong murid-muridnya untuk belajar aktif.

Saat melihat kelas yang diajar oleh Tri Heni, orang mungkin akan terbengong-bengong. Bagaimana tidak, di ruang kelasnya sering ditemukan benda-benda yang terlihat aneh. Satu waktu di meja depan kelasnya tersedia beras, gula, tepung, dan timbangan. Beberapa hari kemudian di kelasnya ada ulat, berudu, dan kupu-kupu.

Tri Heni memang sering membawa alat peraga yang tidak biasa ke dalam kelasnya. Saat meminta anak didiknya membawa gula, tepung, dan timbangan misalnya, dia sedang mengajarkan materi satuan panjang dan berat dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Pada hari yang sama dia sekaligus memperkenalkan jenis pekerjaan yang ada di pasar.

Tri Heni yang juga menjadi Fasilitator Daerah program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) Tanoto Foundation Kota Pekanbaru ini memang guru yang tak pernah kehilangan ide untuk membuat pelajaran kreatif di dalam kelas. Sejak mengikuti pelatihan MIKiR (Mengalami dan mengobservasi, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi), ide-ide kreatif mengalir dari kepalanya.

“Bersyukur saya bisa bisa mengikuti pelatihan MIKiR dari Tanoto Foundation. Metode ini membuat guru hanya bertugas mengantarkan, anak-anak yang akan mengalami dan mengobservasi sendiri. Setelah itu mereka akan menyampaikan hasil observasinya. Hasilnya bisa jadi refleksi bersama teman-temannya,” kata Heni.

Menurutnya metode pembelajaran sejenis MIKiR ini sudah biasa dia lakukan sebelumnya, hanya saja belum terlalu sistematis. Dia misalnya biasa meminta muridnya membawa biji dan bibit tanaman saat menjelaskan pelajaran IPA tentang tumbuhan dikotil dan monokotil. Program pelatihan MIKiR membuat proses pembelajarannya lebih terarah.

Metode MIKiR yang diterapkannya ternyata memberikan pengalaman unik dan berkesan bagi dirinya dan murid-muridnya. Misalnya saja saat materi pelajaran metamorfosis, dia meminta murid-muridnya membawa beberapa binatang yang mengalami metamorfosis seperti ulat dan katak. Waktu observasi pelajaran metamorfosis tersebut selama lima hari.

Saat waktu observasi habis, ternyata ada beberapa murid yang tidak mau membawa pulang materi peraganya. Alasannya adalah binatang yang dibawanya terlihat sedang dalam proses berubah bentuk.

Ternyata benar, ada kempompong yang mulai berubah menjadi kupu-kupu. Selain itu ada telur yang awalnya dikira telur katak, ternyata telur nyamuk. Jadi prosesnya bukan menjadi berudu, tapi menjadi jentik nyamuk. Dari proses ini murid belajar lebih banyak.

Hasil dari penerapan metode MIKiR di kelasnya ternyata membuat murid-murid lebih antusias dalam belajar. Pemahaman mereka terhadap mata pelajaran juga lebih tuntas. Heni mengaku sangat bahagia bila murid-muridnya bisa memahami pelajaran dengan baik, karena hal tersebut akan menjadi modal terbaik untuk memahami pelajaran-pelajaran di kelas selanjutnya.

“Saya ini tidak punya cita-cita yang muluk-muluk. Saya ingin jadi guru biasa saja, tapi bisa menghasilkan murid-murid yang luar biasa,” kata Heni mengenai impiannya sebagai guru.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments

Zulhilmiyasri - Juli 31, 2019

Good job. I don't know whether Tanoto Foundation may get SD Muhammadiyah 1 Pekanbaru as their partner and get the school involved in one of Tanoto's programs. I wish....

Zulhilmiyasri - Juli 31, 2019

If someday Tanoto Foundation be interested in involving SD Muhammadiyah 1 Pekabaru, I would be happy.

Anik Muktafiyah - September 20, 2019

Bisakah kami jadi anggota bu, untuk turut serta mendapatkan ilmu agar pembelajaran lebih efisien, efektif dn menyenangkan

Tanoto Foundation - September 23, 2019

Tentu bisa, sekolah ibu terletak dimana?

Slamet Riyadi - September 30, 2019

Mantab betul