Senin, 26 Desember 2022

Jalan Panjang Menuju Birokrasi Kelas Dunia – Unlocking Potential

100 tahun setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada tahun 2045, Indonesia akan memasuki usia emas, di mana bangsa kita ditargetkan sudah menjadi negara maju dan sejajar dengan negara adidaya. Dalam mencapai target tersebut, dibutuhkan banyak reformasi dan transformasi dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk dalam hal birokrasi yang melibatkan ASN (Aparatur Sipil Negara) yang melakukan tugas-tugas pemerintahan di instansi pemerintah.

Dalam episode terbaru Unlocking Potential kali ini, Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation, Aryanti Savitri, bersama dengan Dr. Ir. Alex Denni, M.M., Deputi bidang SDM Aparatur, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, membahas tentang jalan panjang yang perlu ditempuh untuk menuju birokrasi kelas dunia, mulai dari kondisi di Indonesia saat ini, pengembangan dan perubahan yang dibutuhkan untuk memajukan ASN, hingga peran swasta dalam memajukan Indonesia.

Birokrasi ASN Indonesia masih tertinggal

Menurut Alex, ada dua indikator yang mencerminkan karakteristik ‘kelas dunia’, yaitu hasil kerja atau prestasi, dan perilaku. Berdasarkan indikator tersebut dan perbandingan dengan karakteristik birokrasi di negara maju, ASN di Indonesia masih dianggap tertinggal. Apalagi dengan jumlah ASN sebanyak 4.200.000 orang di Indonesia, tentunya dibutuhkan energi yang besar untuk mereformasi birokrasi yang telah ada untuk menjadi lebih baik. Sayangnya, menurut Alex, masih banyak tantangan yang justru membawa birokrasi ASN Indonesia ke arah sebaliknya, seperti adanya oknum yang menginginkan status quo dan takut keluar dari zona nyaman; masih adanya praktek KKN seperti jual beli jabatan dan kecurangan dalam mengikuti tes ASN; hingga masalah honorer lainnya yang belum selesai.

Perubahan yang dibutuhkan untuk kemajuan ASN

Untuk menyikapinya, ada tiga aspek yang membutuhkan perhatian khusus, yaitu mindset, skills dan tools. Mindset atau cara pikir jadi hal pertama yang perlu dibenahi karena menurut Alex, mindset akan mempengaruhi perilaku, dan perilaku akan mempengaruhi hasil. Masalahnya, berdasarkan hasil survey, 12.5% alias lebih dari 500.000 orang ASN menjawab bahwa mereka memilih pekerjaan ini karena ‘mencari aman’. Aman yang dimaksud di sini adalah, setiap orang di level yang sama akan mendapatkan gaji dan tunjangan yang sama persis, tanpa adanya bonus atau perbedaan jika seseorang menunjukkan kinerja yang lebih baik dari orang lain. Alhasil, banyak ASN yang tidak bekerja secara maksimal. “Mindset ini harus diputuskan, karena jika tidak, kinerjanya akan begitu-begitu saja,” jelas Alex. “Sistem yang ada perlu dibenahi agar ada insentif, penghargaan atau bonus untuk ASN yang bekerja lebih baik dan diperlukan adanya kisaran gaji sesuai dengan kinerja dan prestasi masing-masing. Itu adalah ciri dari birokrasi yang profesional.”

Selain cara pikir, skills atau keterampilan juga jadi fokus penting. Beberapa keterampilan utama yang Alex sebutkan adalah learning agility atau kelincahan dalam belajar agar bisa mengikuti perkembangan zaman yang cepat; kemampuan berpikir analitis untuk persoalan yang semakin kompleks dan ekspektasi masyarakat yang semakin meningkat; kreativitas dan kemampuan berinovasi; serta kepemimpinan agar ASN memiliki motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk menggerakkan perubahan ke arah yang lebih baik.

Tentunya, itu semua tidak akan bisa dilakukan tanpa adanya tools berupa regulasi dan teknologi. Saat ini, jelas Alex, ada lebih dari 1000 regulasi yang mengatur ASN di Indonesia. Untuk mengelola ASN secara lebih baik dan profesional, dibutuhkan penyederhanaan regulasi dan pemangkasan birokrasi yang berlapis-lapis, yang biasanya membuat kinerja ASN dan pelayanan masyarakat menjadi lebih lambat. Dengan penyederhanaan ini, diharapkan organisasi pemerintahan bisa semakin lincah, kolaboratif dan fleksibel sehingga dapat melayani masyarakat dengan lebih cepat dan efektif. Selain itu, untuk mengikuti perkembangan teknologi di negara-negara maju, telah dikembangkan juga sebuah platform daring yang bisa diakses oleh semua ASN di seluruh Indonesia untuk mencari pelatihan yang dibutuhkan masing-masing orang, hingga mencari mentor ataupun sekedar berbagi pengalaman dengan ASN lainnya dalam suatu wadah yang bisa diakses bersama.

Pentingnya campur tangan swasta

Dalam mendorong negara untuk memajukan ASN Indonesia, ada banyak hal yang pihak swasta bisa lakukan, mulai dari memberikan contoh yang baik, berkontribusi dalam pengembangan platform, hingga membagikan sumber belajar untuk kemajuan ASN. Walaupun begitu, menurut Alex, ada hal paling sederhana yang sangat penting dan bisa dilakukan oleh siapapun, termasuk kita sebagai pengguna layanan masyarakat. Hal itu adalah dengan tidak memberikan ruang bagi ASN untuk melakukan perilaku yang tidak terpuji dan mendukung mereka dalam mencapai kualitas kelas dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments