Selasa, 23 Februari 2021

Jadi TELADAN #1: Keahlian yang Kamu Butuhkan untuk Jadi Global Citizen

‘Global Citizen’? Kenapa hal ini menjadi menarik?

Global Citizen adalah warga negara yang memiliki kepekaan terhadap isu-isu penting dunia dan memiliki kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan globalisasi.

Warga negara dunia atau Global Citizen ini adalah seorang individu yang mengedepankan identitasnya sebagai seorang warga negara dunia, di atas identitas komunal. Seperti identitas negara, identitas suku, ras, agama dan yang lain-lain.  Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi saat ini, seluruh informasi yang dapat diakses juga semakin mudah. Sebagai warga negara dunia kehidupan kita sangat terpengaruh oleh teknologi, kini kehidupan di dunia menganut pandangan border is limitless.” Jelas Fenny. 

Peluang yang ditawarkan oleh dunia kepada generasi muda saat ini sangatlah luas dan menantang. Kini generasi muda dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang diperlukan pasar internasional. Oleh karenanya generasi muda saat ini harus membekali dirinya dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang mereka butuhkan agar dapat bersaing dan sukses untuk merebut peluang yang ada.

Menjadi Seorang Global Talent

Untuk menjadi seorang pemimpin masa depan, masing-masing setiap individu perlu memiliki sembilan karakteristik dasar diantaranya adalah: Dalam karakteristik dari TELADAN yang memfokuskan 9 karakteristik diantaranya: 

  • Mawas diri, memahami kekuatan dan keterbatasannya: mampu mengevaluasi diri, dan memadankan kebiasaan diri.
  • Gigih, menetapkan cita-cita setinggi mungkin dan siap mengambil risiko untuk maju
  • Peduli sesama, memahami berbagai sudut pandang dan kebutuhan.
  • Teguh dan tekun, memiliki ketekunan dalam mengejar minat
  • Memiliki integritas, memilih untuk hidup dan bertindak sesuai dengan prinsip yang dipegang teguh.
  • Memberdayakan orang lain, menunjukkan komitmen untuk membawa kebaikan, tidak gentar mengambil langkah pertama.
  • Pembelajar sepanjang hayat, memiliki inisiatif untuk terus menambah ilmu pengetahuannya dan terus menantang dirinya menjadi pribadi yang semakin baik.
  • Inovatif, memiliki kreativitas dan inisiatif yang tinggi.
  • Semangat wirausaha., berpikiran terbuka dan memiliki rasa ingin tahu.

Sifat ini yang patut untuk anak muda teladani. Dengan berfokus pada sifat-sifat tersebut, diharapkan generasi muda masa depan telah siap untuk menjadi ‘Global Talent’. 

Di dalam program TELADAN Tanoto Foundation yang merupakan organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981 ini, menerapkan sembilan karakter dasar sebagai bagian dari pelatihan para scholars untuk dapat menjadi pemimpin masa depan yang sukses. Dengan berfokus pada sifat-sifat tersebut, diharapkan generasi muda masa depan telah siap untuk menjadi ‘Global Talent’

“Oleh karenanya kita di pada program TELADAN hal pertama dari program pada  pengembangan kepemimpinan itu adalah Lead Self. Gimana cara kita memimpin diri kita sendiri, kita harus tahu purpose kita apa, kelemahan kita apa, kelebihan kita apa, dan isu apa sih yang kita passionate about.”

Get to know more: http://bit.ly/JadiTeladanGlobalCitizen-YT

Transkrip Video

(Robinson) “Halo T-Friends di mana pun berada! Aku Robinson Sinaurat, biasa dipanggil Robin, akan menjadi host program Jadi Teladan. Di acara kita kali ini kita tetap mengikuti protokol kesehatan, tetap menjaga jarak atau physical distancing. Talkshow Jadi Teladan ini adalah bincang-bincang ringan dan asik mengenai kepemimpinan, pelatihan dan kemampuan soft skill, dan lain sebagainya yang akan berguna untuk menambah wawasan generasi muda. Di bincang talk show jadi teladan pada hari ini kita akan membahas mengenai jadi ‘global citizen’ atau warga negara dunia. Di talk show yang pertama ini kita akan menghadirkan dua pembicara yang luar biasa.

Yang pertama, dia dikenal sebagai Indonesian actress, politician, juga aktivis yang berjuang untuk melawan atau memperjuangkan yang dinamakan anti-human trafficking atau anti perdagangan manusia.
Langsung saja kita panggilkan untuk pembicara kita yang pertama yang luar biasa ini kepada Mba Rahayu Saraswati yang sering kita panggil dengan Mba Sarah”

(Sarah) “Thank you.”

(Fenny) “Untuk pembicara yang kedua ini, T-Friends, ini sangat luar biasa juga tidak kalah dong tidak kalah saing dengan Mba Sarah. Langsung saja kita panggilkan pembicara hebat yang kedua kepada Mba Fenny Chandra.”

(Robinson) “Apa kabar nih Mba Sarah sama Mba Fenny?”

(Sarah & Fenny) “Baik, terima kasih.”

(Robinson) “Di masa-masa Covid ini yang penting tetap semangat, jaga kesehatan. Bener ya?”

(Sarah) “Betul”

(Robinson) “Untuk yang pertama nih, kita ke Mba Fenny dulu ya. Mba Fenny, apa sih yang dimaksud dengan global citizen atau warga negara dunia itu?”

(Fenny) “Warga negara dunia, ya. Wah, kayaknya keren banget gitu. Sebenarnya global citizen ini kan konsep yang pasti teman-teman kita sudah pada tahu ya. Warga negara dunia ini adalah seorang individu yang mengedepankan identitasnya sebagai seorang warga negara dunia, di atas identitas komunal. Seperti identitas negara, identitas suku, ras, agama dan yang lain-lain. Jadi makin ke sini teknologi makin pesat, cepat. Isu-isu sosial itu mempengaruhi semua negara. Jadi, border is limitless lah”

(Robinson) “Kemudian, Mba Fenny, setelah Mba Fenny tadi ngejelasin kalo global citizen adalah kita termasuk dalam anggota di dalamnya. Gimana cara kita berpartisipasi menjadi masyarakat global tersebut?”

(Fenny) “Jadi pasti kita punya concern terhadap isu tertentu, yang mana menjadi isu global. Seperti misalnya kita punya keresahan terhadap pengelolaan sampah atau kesetaraan gender. It’s relevant everywhere. Jadi mulai dari situ pahami kontribusi apa yang bisa kita lakukan terhadap isu tersebut dan mulai kita meningkatkan awareness kita. Tidak cuma kita sendiri tapi juga di lingkungan sekitar kita. Dari situ barulah kita bisa berkiprah dan berperspektif global”

(Sarah) “Maaf, saya menambahkan sedikit dari yang Mba Fenny sampaikan soal definisi dari global citizen. Karena kalau misalkan global citizen, masyarakat global. Bukan saya koreksi, tapi saya agak kurang setuju kalau dinyatakan bahwa memposisikan diri kita sebagai masyarakat global di atas hal-hal yang berhubungan dengan kelompok atau lokal. Jadi saya tidak setuju karena justru bukan berarti kita melupakan nasionalisme kita, bukan berarti kita menaruh diri kita itu di atas dari tanggung jawab kita dan hak kita sebagai warga negara. Karena kan citizenship. Kalau misalkan kita mengatakan warga negara, ya negara is a state, right? Tapi, belum citizenship bagi saya, apalagi kemarin sebagai ketua delegasi di Y20 itu saya di priority area yang tentang global citizen. Jadi satu hal yang kami sepakati across the board dari Y20 dari G20 countries, perwakilan pemuda-pemudi dari negara-negara G20. Bahwa artinya, kita adalah warga negara sebuah negara di mana kita mematuhi dan mengerti rasa cinta kita terhadap tanah air kita masing-masing. Tetapi kita juga menyadari dan punya kesadaran, dengan kata kunci ya kesadaran”

(Robinson) “Benar”

(Sarah) “Punya kesadaran tentang isu global yang di mana kita sebagai warga negara dan warga dunia dan di dunia ini bumi adalah satu-satunya tempat kita tinggal, kita mendingan fokus untuk melindungi tempat hidup kita sekarang. Bumi. Jadi hal seperti itu menunjukkan bahwa kita punya kesadaran sebagai global citizen”

(Robinson) “Mba Sarah, bekal apa sih yang harus dimiliki oleh generasi muda to be a global talent”

(Sarah) “Ya pastinya kita harus berusaha menguasai enam literasi”

(Robinson) “Gimana tuh?”

(Sarah) “Jadi kalau kita bicara literasi kita bukan bicara cuman calistung aja. Kalau kita bicara enam literasi kita juga bicara literasi bukan hanya calistung, baca tulis hitung. Tapi juga kita bicara kalau membaca tapi tidak memahami sama aja bohong. You can be literate secara a b c d e, literated secara angka 1 + 1 adalah 2. Tapi kalau tidak memahami ya kan jadi udah literasinya itu harus lebih jelas. Salah satu hal yang harus kita miliki literasi finansial literasi digital apa lagi sekarang kita sudah masuk ke industri revolusi 4.0. Mau masuk ke 5.0 dengan Artificial Intelligence. Kalau kita adalah Global Citizen tapi punya nasionalisme mau tidak mau kita juga pasti berhadapan dengan yang namanya protectionism versus globalization. Kalau misalkan bagaimana untuk Global Talent, kita nggak usah ngomong global-nya dulu deh. Kita bicara nasionalnya dulu.

Karena untuk jadi global yaitu pastinya dengan sendirinya itu kalau misalkan punya kesadaran itu pasti akan terbawa ke situ, tapi utamanya dulu kita bicara tentang di konteks komunitas kita. Ini saya juga mungkin mau mengingatkan kepada T-Friends dari kepada adik-adik yang lainnya bahwa seringkali kita punya mimpinya itu udah setinggi langit gitu kan. And that’s a good thing, it’s not a bad thing. Tapi jangan lupa bawa semua mimpi pasti harus mulai dari hal yang kecil. Oke, jangan langsung kita gagal untuk… misalnya nih contoh nih, I went to through a selection proses untuk jadi Y20 Delegate. Tahun ini saya melalui proses untuk seleksi delegate yang tahun ini. And I know prosesnya itu nggak mudah, saya nggak mau bagi yang gagal, karena kan seleksi nya hanya tiga padahal yang apply udah puluhan. Terus habis itu kita seringkali anak-anak muda di kebiasaan maunya express. Maunya pokoknya langsung jadi the best tapi mereka melupakan proses.

Jadi ini yang kembali lagi harus kita ingatkan, if you wanna be a global talent, you have to start small. Siapapun yang memang siap untuk menghadapi karena sekali lagi jangan lupa the best inventors in the world, bahkan semua millionaires yang ada di dunia ini, billionaires bahkan, trillionaires, mereka pasti pernah melewati masa-masa suram. Pasti menghadapi kegagalan Thomas Edison nggak serta merta langsung the first he tried something langsung dapat”

(Robinson) “True

(Sarah) “Oke perlu sekian banyak kali kegagalan untuk dia bisa. Jadi, my biggest advise yang bisa saya beritahu dalami kekuatan kita masing-masing. Mungkin talenta, talenta bisa dikembangkan. Maybe you’re not good in something, bukan berarti you don’t have talent. Dikembangin aja sesuai dengan passion sesuai dengan jati diri, dari situ pasti dengan sendirinya akan nyampe ke titik yang benar”

(Robinson) “Kemudian persiapan apa sih mbak yang perlu dilakukan nih oleh teman-teman T-Friends selama kuliah? Karena kan banyak yang nanya kuliah, udah, gimana nih kalau dari Mbak Fenny?”

(Fenny) “Sebenarnya bener kalau kata Mba Sarah tadi ya, mengenali diri sendiri itu potensi, apa yang kita suka, passion kita, itu mengenali self-focus kita. Makanya kita di Teladan hal pertama dari program pengembangan kepemimpinan itu Lead Self. Gimana cara kita memimpin diri kita sendiri, kita harus tahu purpose kita apa, kelemahan kita apa, kelebihan kita apa, dan isu apa sih yang kita passionate about. Kita pengen champion ya keep up with the solution. Jadi langkah-langkahnya, mungkin jangan pakai kaca mata kuda di awal kuliah jadi ga mau berproses di kampus dengan organisasi atau juga berproses di lingkungan sekitar, masyarakat. Karena, it’s not a global citizen gitu kalo kita engga take care of our backyard

(Robinson) “Yes

(Sarah) “Itu yang aku suka banget, Mba Fenny! Bener, jangan kita pakai kaca mata kuda, mau buru-buru selesai terus abis itu kita engga immerse ourselves in the experience. Buat temen-temen T-Friends yang masih kuliah, please, it’s okay to take your time. Dan, it’s not gonna come back. Pengalaman itu cuma sekali seumur hidup”

(Fenny) “It’s not a race, ya”

(Sarah) “It’s not a race. Dan justru kekayaan yang I got tiap kali… Dan to be honest, talking about experiential learning, sekarang juga I’m doing adult learning program gitu dan balik lagi kuliah. And you know what, itu online learning sekarang jadi keren karena kita akhirnya jadi bisa mengenal satu sama lain. Karena kalau kita kuliah fisik, sering kali, dulu my experience ya, dateng, duduk, dengerin, terus habis itu pulang, engga ada tuh yang namanya saling kenal satu sama lain kalau di dalam kelas. What the biggest thing that will help you more than your knowledge is your network

(Robinson) “True. Saya setuju sekali dengan itu”

(Sarah) “Kalau you have a large network, you are rich in that. Jadi kalau misalkan you don’t take the time untuk saling berkenalan satu sama lain, immerse yourself di komunitas-komunitas yang ada, lo ga bisa jalan sepesat maju dengan mungkin yang dia network-nya lebih bagus”

(Robinson) “Untuk menjadi seorang Global Talent itu nih, Mba Sarah, apakah harus kuliah di luar negeri?”

(Sarah) “No, no!”

(Fenny) “Engga”

(Robinson) “Banyak banget yang nanya, apakah harus ke luar negeri?”

(Fenny) “Sekarang tuh kita baru menyadari ya, pandemi ini bikin kita tuh menyadari democratization of learning. Jadi, ya, belajar itu bisa di mana aja, kapan aja, dan banyak yang tadinya engga gratis, sekarang jadi gratis kan!”

(Sarah) “Yes!”

(Sarah) “Jadi memang jadi Global Talent, Global Citizen, definitely ya harus tahu your place in the world, how you can contribute, and you have the eagerness to learn. Dan memang mau mencari kesempatan, karena kesempatan selalu ada

Justru, I can say juga, karena I was part of selection board di IYD untuk Y20 delegates, yang di mana kita justru mencarinya itu, again, punya global perspectives, tapi juga tahu apa sih yang sedang terjadi sekarang di skala lokal. Kalau misalkan, ya mohon maaf nih kasarnya, lu udah melanglang buana kemana-mana gitu kan, global citizen keren, tapi malah ga in touch dengan realita yang terjadi di your own backyard, itu justru negatif. Kembali lagi, untuk apa punya ilmu setinggi langit kalau itu hanya digunakan untuk dirimu sendiri”

(Robinson) “Betul sekali”

(Sarah) “So, no, ga harus keluar negeri. Karena toh di sini ada banyak international institutions yang udah ada. Oke, let’s not forget. Banyak juga karena online learning, dosennya bisa dari negara mana pun gitu, tapi you can still access. Saya ga perlu ke sana untuk saya apply di university di Amerika. I’m joining the online learning tapi istilahnya getting the knowledge. Banyak yang gratis. Gratisnya pun juga Yale ngasih gratis, Harvard ngasih gratis, Cambridge ngasih gratis, tinggal search

(Robinson) “Baiklah. Sudah banyak banget yang kita pelajari, pengalaman yang berharga juga dari Mba Fenny dan Mba Sarah juga, masukkan-masukkan yang luar biasa buat T-Friends nih. Jadi, T-Friends, diingatkan untuk mengenali diri sendiri, kenal dulu diri sendiri baru kita bisa melakukan hal yang lain untuk orang lain. Kemudian harus aware pastinya. Ya itu nilainya care for others. Dan harus jujur, itu penting banget, jujur pada diri sendiri tuh that’s important, iya engga? Kemudian siapa pun bisa jadi pemimpin ya temen-temen ya, jadi no matter what, dari kampung-kampung, dari kota besar, dari background apa pun. Kita memiliki kesempatan yang sama menjadi pemimpin di masa depan. Iya kan? Jadi, mari sama-sama T-Friends untuk tetap menjaga kesehatan, tetap semangat untuk meraih mimpi-mimpi kita, dan semoga apa yang kita dengarkan, apa yang kita pelajari pada hari ini bisa membuat kita lebih baik dan menjadi the Future Leaders of Indonesia”

Where You Can Find Us:

In Bahasa Indonesia:

Website: https://www.tanotofoundation.org/id/

Instagram: https://www.instagram.com/tanotoeducation

Facebook: https://www.facebook.com/tanotofoundation​

Twitter: https://twitter.com/tanotoeducation/

 

In English:

Website: https://www.tanotofoundation.org

LinkedIn: https://www.linkedin.com/company/tanoto-foundation/

 

Read about our founders here:

https://www.tanotofoundation.orgabout-us/founder-message/sukanto-tanoto/

http://www.sukantotanoto.net/

 

 

Subscribe & Watch Now on YouTube

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments