Selasa, 18 April 2023

Calistung Bukan Indikator Perkembangan Kemampuan Anak untuk Masuk SD/MI

Tes masuk SD/MI dengan menguji baca, tulis, dan hitung (calistung) saat ini dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan lumrah. Masyarakat pun menganggap tes tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam proses penerimaan siswa didik baru.

Banyak dari para orang tua siswa PAUD yang kemudian berusaha agar anaknya bisa membaca, menulis, dan berhitung, sehingga diharapkan bisa masuk ke jenjang SD/MI dengan mudah dan tanpa kendala.

Meski hal tersebut dianggap lumrah, namun apakah Anda menyadari bahwa anggapan anak yang akan masuk SD/MI atau transisi dari PAUD ke SD/MI harus bisa calistung merupakan sebuah pemahaman yang salah atau miskonsepsi?

Proses tumbuh kembang anak adalah proses yang bertahap. Anak tidak bisa dipaksa untuk mencapai tahap tertentu, sebagaimana yang diinginkan oleh orang tua. Sebaliknya, proses membangun kemampuan anak perlu dilakukan secara bertahap dengan cara-cara yang menyenangkan.

Cara tersebut perlu dilakukan agar si anak bisa ikut menikmati proses membangun kemampuan, sehingga manfaat baik dari pembelajaran tercapai.

Membangun Kemampuan Anak secara Holistik

Kemampuan calistung bukan menjadi ukuran sebenarnya bagi perkembangan anak. Karena calistung ini hanya sebagian dari sekian banyak kemampuan yang harus dikembangkan pada anak.

Lantas, apa saja kemampuan yang harus dimiliki anak jika calistung tak lagi relevan sebagai indikator kesiapan anak memasuki jenjang pendidikan dasar?

Ada sejumlah indikator lain yang jauh lebih penting dari sekedar kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, misalnya kemampuan menghargai orang lain, mengelola barang-barang milik pribadi yang dibawa ke sekolah, serta menunjukkan kemauan untuk memperbaiki saat melakukan kesalahan.

Di samping itu, anak perlu juga memiliki kemampuan literasi berupa pemahaman terhadap kata dan hubungannya dengan huruf serta bunyinya, juga kematangan kognitif yang ditunjukkan melalui kemampuan menyimak dan mengutarakan gagasan.

Seperti halnya kemampuan mengelola emosi. Kemampuan ini penting untuk dimiliki oleh anak dalam rangka mengembangkan hubungan interpersonal. Keberhasilan anak mengelola emosi akan memungkinkan mereka untuk selalu menghormati orang lain yang pada gilirannya juga akan berdampak positif kepada anak yang bersangkutan.

Dalam hubungannya dengan kemampuan membaca, anak tak sekedar bisa menyuarakan teks yang tertulis, namun juga bisa memahami maksud dari kata yang dibaca tersebut serta kaitannya dengan pemaknaan pada kalimat yang tersusun. Tentu untuk bisa mencapai tahapan tersebut, diperlukan proses literasi secara bertahap.

Pun dengan kemampuan berhitung. Di sini, anak tidak diharapkan hafal angka dan penjumlahan, namun lebih pada kemampuan memahami simbol angka dan konsep penjumlahan dasar.

Mengakhiri Miskonsepsi Calistung

Berbagai kemampuan tersebut sangat diperlukan bagi tumbuh kembang anak di masa-masa yang akan datang, sehingga anak bisa mencapai kesuksesannya. Sementara selama ini, indikator perkembangan kemampuan anak direduksi hanya pada kemampuan calistung yang sebenarnya tidak menggambarkan keseluruhan kemampuan yang dimiliki oleh anak.

Untuk itu, penting untuk segera mengakhiri miskonsepsi ini, agar ke depan kemampuan anak bisa dikembangkan secara optimal dan menyeluruh.

Salah satu yang bisa dilakukan adalah menyiapkan proses transisi anak dari PAUD ke pendidikan dasar (SD/MI) agar bisa berjalan dengan mulus. Proses belajar-mengajar di PAUD dan di level pendidikan dasar kelas awal harus selaras dan berkesinambungan. Dengan demikian, anak bisa tetap mengikuti proses pengembangan diri tanpa merasa ada kesenjangan, meskipun tingkatan sekolah telah berubah.

Hal lainnya yang perlu dilakukan oleh orang tua dan guru adalah mulai memahami bahwa setiap anak memiliki hak untuk dibina agar mendapatkan kemampuan fondasi yang holistik. Perkembangan anak tak sekedar terbatas pada aspek kognitif, namun juga kematangan emosi, kemandirian, kemampuan interpersonal, dan lainnya.

Agar pengembangan kemampuan anak bisa berjalan optimal, penting bagi orangtua dan guru untuk mulai menerapkan dasar literasi dan numerasi mulai dari PAUD dan dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan. Di sini, anak akan mendapatkan pengalaman yang baik sehingga tidak merasa terpaksa dalam belajar.

Terakhir, penting bagi orangtua dan guru untuk memiliki paradigma bahwa belajar merupakan proses, dan bukan hasil.

Caranya Bagaimana?

Hapus Tes Calistung
Agar pengembangan kemampuan anak bisa dilakukan secara holistik, penting untuk mulai menghilangkan tes calistung pada proses penerimaan siswa baru SD/MI. Apalagi, tes ini juga telah dilarang oleh pemerintah sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, serta Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru.

Perkenalan bagi Peserta Didik
Seiring dengan penghapusan tes calistung, satuan PAUD dan SD/MI perlu mulai memfasilitasi anak serta orang tua untuk berkenalan dengan lingkungan belajarnya. Kegiatan perkenalan ini dilaksanakan selama dua minggu pertama. Di sisi lain, PAUD dan SD/MI juga perlu untuk mengenal masing-masing peserta didik, sehingga bisa mengidentifikasi kebutuhan mereka.

Membangun 6 Kemampuan Fondasi Anak
Satuan PAUD dan SD/MI perlu untuk segera menerapkan pembelajaran yang bertujuan untuk membangun enam kemampuan fondasi anak. Enam fondasi yang dimaksud meliputi: mengenal nilai agama dan budi pekerti; keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi; kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar; kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, seperti kepemilikan dasar literasi, numerasi; pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri; dan Pemaknaan terhadap belajar yang positif.

Tanoto Foundation melalui program pendidikan anak usia dini, SIGAP, mendukung pemerintah dalam pengembangan dan pengasuhananak usia dini yang optimal dan siap untuk sekolah. Program-program SIGAP mengutamakan pengembangan anak yang holistik, meliputi kemampuan mengelola emosi, literasi, kematangan kognitif, dan interpersonal. Dengan fondasi yang lengkap, proses transisi anak dari pendidikan anak usia dini ke pendidikan dasar akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments