Jumat, 25 Oktober 2019

Belajar Bahasa Indonesia dengan Membuat Prakarya

Murid-murid kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Balikpapan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur terlihat asyik membuat prakarya mobil angina di kelas. Mobil tersebut terbuat dari botol bekas air mineral beserta tutupnya, sedotan, lidi, dan balon. Jangan berpikir bahwa praktik tersebut untuk pelajaran sains karena praktik membuat mobil angin ini untuk pelajaran Bahasa Indonesia.

Wiwik Kustinaningsih, guru kelas IV MIN 1 Balikpapan sedang menjelaskan pelajaran mengenai teks prosedur atau petunjuk. Dalam pelajaran tersebut murid diminta membaca dua jenis teks mengenai pembuatan mobil angin.

Selesai membaca dua teks tersebut, murid berdiskusi mengenai teks manakah yang bisa menjelaskan langkah pembuatan mobil angin. Setelah itu murid diminta membuat mobil angin yang sudah dijelaskan dalam teks.

Wiwik ikut mengawasi murid yang sedang mempraktikkan cara membuat mobil angin dan membantu mereka yang kesulitan dalam membuat mobil tersebut. Pembuatan mobil ini dilakukan secara berpasangan, dua orang bertugas membuat sebuah mobil angin. Setelah selesai, mereka menjalankan mobil angin tersebut dengan cara ditiup.

“Menyenangkan sekali belajar bahasa Indonesia bisa sambil praktik membuat mobil angin. Biasanya kan hanya disuruh membaca lalu menjelaskan bacaan,”

Rafiz, murid kelas IV MIN 1 Balikpapan.

Wiwik menyatakan bahwa pelajaran apa pun bisa membuat praktik atau prakarya, bukan hanya sains. Praktik membuat mobil angina ini melatih siswa dalam memahami sebuah petunjuk pelaksanaan atau prosedur.

Manfaat yang diperoleh dari praktik tersebut adalah murid bisa memahami sebuah prosedur sekaligus melaksanakan petunjuk tersebut. Manfaat lain adalah murid jadi berpikir sistematis seandainya mereka suatu saat diminta membuat teks petunjuk atau prosedur sehingga petunjuk yang mereka buat bisa dipahami pembaca dengan mudah.

“Saya mendapatkan tips-tips mengajar kreatif seperti ini dari pelatihan Modul 2 Program PINTAR dari Tanoto Foundation di Yogyakarta pada pertengahan September 2019. Pelatihan Modul 2 ini sangat menarik karena peserta diajari tips membuat kegiatan belajar mengajar menyenangkan sesuai mata pelajaran masingmasing,”

Wiwik.

Bagi perempuan penyuka traveling ini, membuat murid gembira saat mengikuti pelajaran perlu untuk dilakukan oleh guru. Sebab, murid yang bisa mengikuti pelajaran dengan hati senang biasanya akan lebih mudah menyerap materi pelajaran. Di kelasnya, tak jarang murid tertawa saat mengikuti pelajaran, seperti saat praktik menjalankan mobil angin semua murid tampak riang gembira.

Setelah mempraktikkan materi-materi yang diperoleh dari pelatihan Tanoto Foundation, perempuan yang menjadi guru sejak 2003 ini menyatakan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran menjadi lebih baik.

Namun, Wiwik tidak berpuas diri. Menurutnya masih banyak tantangan yang harus dikerjakan guru sepertinya agar kualitas pendidikan di Indonesia meningkat dan peserta didik memiliki daya saing di tingkat nasional, maupun regional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.