Aku Melihat Maka Aku Paham Apa yang Kubaca

Pandangan mata Toni terpaku pada sebuah buku yang dipegang oleh Ibu Guru di depan kelas. Tidak seperti biasanya di mana Toni dan teman-teman diberi waktu untuk membaca secara mandiri buku pilihan mereka sendiri, pagi ini Ibu Guru membacakan cerita.
Mata Toni seperti tidak berkedip memperhatikan halaman demi halaman buku berukuran besar dan berwarna hijau yang dipegang Ibu Guru. Tulisan-tulisannya besar, gambarnya juga besar dan menarik. Pertanyaan-pertanyaan dari Ibu Guru setiap kali akan membuka halaman juga membantu Toni untuk memahami keseluruhan cerita.
Pada bagian akhir cerita, sebelum Ibu Guru menutup buku, Toni berkata lirih sambil tersenyum, “Aku tahu ceritanya, dan aku senang.”
Pagi itu, Ibu Guru menerapkan pembelajaran yang berbeda setelah mengikuti pelatihan Literasi Awal Program PINTAR Tanoto Foundation, yang salah satu fokusnya adalah mengembangkan kecakapan membaca melalui kegiatan membaca bersama dengan BIG BOOK atau buku besar.
Apa itu membaca bersama, apa itu buku besar, dan apa manfaatnya?
Sejarah Penggunaan Buku Besar
Pada bukunya yang berjudul The Foundation of Literacy (1979), Don Holdaway menggunakan istilah ‘big book’ atau buku besar dalam ‘pengalaman membaca bersama’. Holdaway menemukan bahwa saat semua siswa bisa melihat teks atau tulisan yang dibaca bersama-sama, mereka memahami peran tulisan dalam sebuah bacaaan atau kegiatan membaca.
Tata Cara Kegiatan Membaca Bersama
https://www.instagram.com/p/B7-tOlyhBtu/
Dalam kegiatan membaca bersama, seorang guru harus memilih buku yang sekiranya akan mampu menarik minat siswa untuk membaca bahkan membacanya berulang-ulang. Buku tersebut sebaiknya berisi frase dan kalimat yang berulang, kata yang berima, dan gambar yang mendukung isi cerita. Buku tersebut akan memperkuat kemampuan berbahasa lisan siswa dengan cara yang ‘tidak menakutkan’.
Dalam bukunya Different Paths of Common Outcomes (1998), Marie Clay menganjurkan agar guru memulai kegiatan membaca dengan fokus pada pemahaman bacaan terlebih dahulu sebelum kemudian beralih pada tata Bahasa maupun kosa katanya. Secara teknis, guru sebaiknya memulai dari semantic (lambang) dulu sebelum ke sintaksis (makna).
Kegiatan membaca akan dimulai oleh guru terlebih dahulu setelah memperkenalkan buku yang akan dibaca. Siswa tidak diminta untuk ikut membaca bersama, namun diajak menggunakan pengetahuan maupun pengalaman mereka untuk mendiskusikan isi bacaan. Waktu 30 menit cukup bagi guru untuk memodelkan, mendiskusikan dan membimbing siswanya.
Mengapa Membaca Bersama?
Membaca bersama mempunyai berbagai manfaat, berikut 5 di antaranya:
- Memberi kesempatan bagi semua siswa untuk berperan serta, sehingga semua berpeluang untuk merasa mampu membaca dan mengalami betapa menyenangkannya pengalaman bersama buku.
- Siswa yang belum percaya diri dalam membaca bisa merasakan pencapaian kemampuan baca secara individu.
- Proses diskusi memungkinkan siswa untuk menggunakan pengetahuan mereka yang akan memberikan pondasi yang kuat untuk kemampuan pemahaman bacaan.
- Baik huruf maupun kata yang sudah dibahas dalam membaca bersama bisa dipergunakan dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya.
- Pemodelan membaca lancar dengan penekanan pada penggunaan tanda baca yang benar dapat membatu siswa menggunakan tanda baca saat mereka membaca teks dengan segenap perasaan dan makna.
Saat bel tanda istirahat pertama berbunyi, Toni perlahan-lahan mendekati Ibu Gurunya dan berbisik, “Ibu Guru, bolehkah saya meminjam buku besar yang hijau tadi?”
Ibu Guru tersenyum sambil mengulurkan buku yang dimaksud, “Jaga baik-baik ya!” Toni pun dengan girang menuju tempat favoritnya, sudut baca kelas.
Bapak Ibu Guru yang lain, mau mencoba? Atau malah sudah mencoba?
Ditulis oleh Sasmoyo Hermawan, Tanoto Foundation Riau. Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981.
Tinggalkan Balasan