Senin, 19 Juli 2021

Pendekatan Segi Lima Untuk Keluar Dari Pandemi

Indonesia sedang berjuang menghadapi jumlah kasus COVID-19 yang meningkat drastis di tengah terbebaninya sistem kesehatan dan berkurangnya pasokan oksigen. Apakah keadaan akan bisa membaik?

Meski sudah menggulirkan kampanye vaksin nasional, Indonesia sedang memiliki gelar yang kurang membanggakan sebagai salah satu dari lima negara selain Brazil, Argentina, India, dan Kolombiayang memiliki jumlah kasus harian dan angka kematian terbanyak, dan sekarang menjadi pusat pandemik di Asia Tenggara. Kita sekarang harus belajar lebih cepat dan bertindak lebih tegas.

Gugus tugas Covid-19 Singapura, yang terdiri dari berbagai kementerian, telah membuat garis besar berisi apa yang kami percaya sebagai kewajiban mutlak bagi negara yang ingin keluar dari pandemi: vaksin, testing, perawatan, dan kewajiban sosial. Kami yakin bahwa menambahkan poin kelima, yaitu kolaborasi dan kemitraan, bisa membantu mempercepat pemulihan Indonesia.

Jika pendekatan segi lima ini belum cukup menantang untuk negara dengan 17.508 pulau yang bentangan timur ke baratnya sepanjang 5.100 kilometer, juga sebagai negara dengan populasi terbanyak keempat sedunia, kita harus menghadapi berbagai tantangan sambil membangun fondasi baru untuk menguatkan daya lenting sistem. Lima sisi ini saling bergantung dan berhubungan, karena kekurangan di satu sisi akan mempengaruhi yang lainnya.

Pertama, vaksin berperan sebagai penyelamat nyawa. Kita sudah menyaksikan sendiri bagaimana negara dengan cakupan vaksinasi lebih tinggi memiliki tingkat rawat inap dan kematian yang lebih rendah. Dengan vaksin, ancaman mematikan virus menjadi jauh lebih tumpul.

Selain pasokan yang cukup dan logistik memadai, kesuksesan vaksinasi nasional bergantung pada kolaborasi sektor publik dan swasta serta peningkatan kesadaran dan literasi sains di masyarakat.

Dalam perang melawan Covid-19, keraguan dan perlawanan terhadap vaksin merupakan sesuatu yang amat disayangkan dan tidak peka dalam urgensi menyelamatkan nyawa dan meringankan beban sistem kesehatan kita. Sampai awal Juli 2021, hanya 5,1 persen dari seluruh penduduk Indonesia yang sudah menerimavaksinasi lengkap sebanyak dua dosis. Mengingat jumlah kasus yang meningkat tajam dalam minggu-minggu terakhir, sudah sangat mendesak untuk dilakukan dorongan vaksinasi yang intensif di Indonesia.

Negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi di dunia, Israel, bisa memberikan 10,9 juta dosis vaksin Covid-19 (sebanyak dua dosis) kepada 60,3 persen populasinya. Kementerian Kesehatan Israel melaporkan penurunan drastis dalam jumlah kasus harian, yang jatuh ke angka 149 per hari di April dan hampir nol untuk rata-rata angka kematian harian di bulan Juni. Bahkan India, yang tadinya merupakan episenter Covid-19 di Asia sebelum diambil alih Indonesia, telah membagikan tiga sampai empat juta dosis vaksin per hari demi menanggulangi dampak dari gelombang kedua pandemi yang mengerikan.

Kedua, untuk menurunkan penularan, testing menjadi sangat penting dan harus disiapkan serta dapat diakses semua orang. Survei serologi dari Dinas Kesehatan Jakarta dengan lima ribu sampel menunjukkan bahwa hampir setengah penduduk Jakarta (sekitar 4,7 juta orang) sudah pernah terinfeksi. Kapasitas testing yang sangat tidak memadai tidak hanya memperlambat diagnosis dan perawatan, tapi juga memperpanjang pertempuran melawan Covid-19. Deteksi awal, khususnya untuk segmen populasi dengan risiko tinggi, akan memungkinkan intervensi awal dan menahan laju penularan.

Ketiga, pengendalian dan perawatan. Berkat komunitas internasional, perusahaan dan organisasi lokal, Indonesia dapat menambah pasokan oksigen medis dan oxygen concentrator untuk penanganan kasus berat. Sebelumnya, perusahaan dan organisasi menyalurkan peralatan tes, kebutuhan medis, dan alat pelindung diri (APD). Pertanyaan ke depannya adalah apakah kita bisa memiliki kemampuan, kapasitas, dan infrastruktur untuk merawat setiap pasien dan menyelamatkan nyawa mereka? Bagaimana kita bisa merencanakan dan bersiap untuk kondisi darurat selanjutnya?

Keempat, kewajiban sosial setiap individu menjadi penting untuk mengawal jalan keluar dari pandemi. Kita harus menyadari bahwa semua orang memainkan peranan penting dalam keselamatan dan keamanan masyarakat luas. Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita untuk menerima vaksin jika belum, untuk dites jika merasa tidak sehat, dan mencari perawatan yang tepat untuk memfasilitasi kesembuhan.

Kewajiban social ini dapat tumbuh jika literasi sains berkembang secara signifikan. Kita harus bisa memahami dan menghargai fakta yang memang berdasar pada bukti serta menjaga diri dari gempuran berita bohong dan informasi yang keliru. Memiliki pemahaman yang kuat mengenai manfaat vaksin dan testing dapat membantu kita untuk mengambil keputusan yang berguna bagi diri kita sendiri, orang-orang terdekat, dan masyarakat.

Kelima, poin yang dapat kita telusuri lebih jauh adalah kolaborasi dan kemitraan, baik di tingkat nasional maupun internasional. Pada titik ini, situasi darurat kesehatan publik seperti pandemi ini telah membuat kita sadar bahwa berbagai agenda dan harapan kita akan hidup sehat, karier yang produktif, berkembangnya kemampuan, atau mobilitas sosial saling terkait dan bergantung pada upaya kita bersama dalam menghadapi virus ini. Karena jika kita tidak melakukannya, harga yang harus dibayar adalah jiwa yang melayang. Kecuali secara moral kita dapat melenceng dari tujuan kolektif melawan musuh bersama, kita sangat membutuhkan terciptanya kolaborasi dan kemitraan.

Kami mengamati bagaimana komunitas internasional, lembaga filantropi swasta, dan organisasi non-pemerintah bekerja erat dengan pemerintah untuk memperluas dan mempercepat kampanye vaksinasi, selain dengan meningkatkan kapasitas pengetesan dan perawatan. Ini merupakan perbaikan jangka pendek yang dapat dilakukan, serta menunjukkan bagaimana strategi jangka panjang kita dapat secara sistematis menormalisasi dan mengakomodasi kemitraan untuk mencapai tujuan utama. Berkat meningkatnya jumlah kemitraan antara sektor swasta dan publik, kami menyaksikan terjadinya percepatan kampanye vaksinasi nasional. Di luar Indonesia, kolaborasi dan kemitraan global wajib menyoroti ketimpangan distribusi vaksin, terutama bagi negara-negara berkembang, dan harus didasarkan pada nilai-nilai pokok seperti solidaritas, kesetaraan, keadilan sosial, dan hak asasi manusia.           

Dengan lalu lintas informasi dan konten yang semakin ramai, para influencer, pesohor, serta tokoh masyarakat dan agama juga berperan untuk menyebarkan anjuran pemerintah serta pesan yang berdasarkan bukti kepada masyarakat luas. Sejumlah organisasi swasta turut serta dalam melakukan advokasi mengenai vaksin serta kesehatan publik. Media massa arus utama juga memegang peranan penting untuk menyokong imbauan pemerintah perihal vaksinasi. Namun memiliki informasi dan pesan yang tepat saja belum sepenuhnya efektif, kita harus memastikan bahwa jangkauan pesan tersebut optimal, tepat waktu, dan punya efek berkelanjutan. Dengan semakin banyaknya orang yang berpandangan serupa, yang bertujuan menyelamatkan jiwa dan menjaga keselamatan bangsa, pada akhirnya kita dapat mengalahkan berita bohong dan keengganan vaksinasi.     

Jika kita terus mengupayakan vaksinasi, testing, perawatan, kewajiban sosial, serta kolaborasi dan kemitraan yang berkesinambungan, bersama-sama kita akan menemukan jalan keluar dari pandemi dan menyongsong kenormalan baru. Dengan berbagai latar belakang, kita dapat memiliki tujuan yang sama, membangun pemahaman kolektif dan mendukung satu sama lain, serta semakin memiliki kejernihan dengan berkembangnya literasi sains. Ada banyak yang dapat kita pelajari dari komunitas internasional dan kita juga harus memiliki ketetapan, komitmen, dan kepemimpinan tegas untuk mewujudkan harapan demi masa depan yang lebih baik. Indonesia mampu mengatasi pandemi ini dan menjadi bangsa yang lebih tangguh karenanya.

Dr J. Satrijo Tanudjojo merupakan Global CEO di Tanoto Foundation. Tanoto Foundation adalah lembaga filantropi independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto atas keyakinan bahwa setiap orang harus mendapatkan kesempatan untuk merealisasikan potensinya secara utuh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments