Selasa, 29 November 2022

Bene Dion Rajagukguk: Karier melenceng dari jurusan kuliah, apa bisa sukses?

Seringkali, pekerjaan yang kita pilih dalam karier berbeda 180 derajat dari jurusan kuliah yang kita jalani. Apakah pendidikan kita serta merta jadi sia-sia? Dan apa yang harus kita lakukan agar berhasil setelah banting setir?

Dalam episode Bincang Inspiratif kali ini, Tanoto Foundation, dipandu oleh Rachel Amanda, berbincang dengan Bene Dion Rajagukguk, seorang sutradara, komedian dan penulis di balik film Ngeri-Ngeri Sedap. Keduanya membahas tentang pemilihan jurusan kuliah dan karier yang berbeda yang juga dialami oleh sutradara film yang terpilih menjadi perwakilan Indonesia di ajang Piala Oscar 2023 dalam kategori Best International Feature Film ini.

Masuk jurusan Teknik Industri karena baca koran

Saat di bangku SMA, seperti banyak teman sebayanya, Bene masih belum tahu akan jurusan yang ingin diambilnya. Tapi, ia selalu yakin akan ketertarikannya pada pelajaran matematika, fisika dan kimia. Lucunya, pemilihannya pada jurusan Teknik Industri diawali di suatu hari saat ia membaca koran dan melihat banyaknya lowongan pekerjaan di bidang Teknik Industri. Hal itu membuatnya berpikir bahwa pekerjaan ini bisa membuatnya tidak menganggur terlalu lama setelah lulus.

Akhirnya, Bene masuk ke jurusan kuliah Teknik Industri di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta tahun 2009. Walaupun cara memilih jurusan ini terkesan nyeleneh, ia tetap menikmati dan menyukai jurusan yang ia pilih. Bahkan saat magang sebelum lulus, ia pun sangat menikmati proses yang ia jalani. Lalu, bagaimana ceritanya sehingga Bene bisa tiba-tiba banting setir menjadi komedian?

Jadi stand-up comedian saat masih kuliah

Bene sedang menjalani semester 5 saat tren stand-up comedy mulai booming di pertengahan tahun 2011. Bene yang sering menonton acara komedi lokal di TV pun iseng-iseng mencoba stand-up comedy di Yogyakarta, yang ternyata berhasil membuat banyak pendengarnya tertawa.

Jalan hidupnya mulai berubah saat ia mendaftar untuk ikut acara Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) di Kompas TV pada saat ia menjalani semester 7. Mulai dari sana, Bene sering mendapat tawaran pekerjaan untuk tampil di TV hingga acara korporat. Ia pun dihadapkan pada dilema saat lulus di tahun berikutnya, karena ia sendiri pun belum yakin dengan pekerjaan ini. Ditambah, orang tuanya memiliki harapan tersendiri agar Bene dapat bekerja di BUMN.

Mindset yang diajarkan saat kuliah

Selain tampil di panggung sebagai stand-up comedian, Bene sebenarnya juga sangat suka menulis. Hal inilah yang mendorongnya untuk menjadi penulis komedi. Dibandingkan penulis drama atau horor yang sudah banyak jumlahnya, menurut Bene, masih belum banyak penulis komedi di Indonesia pada masa itu. Melihat peluang ini, ia semakin yakin untuk banting setir setelah lulus untuk menjadi seorang penulis komedi.

Tentunya, hal ini bukan tanpa perjuangan. Menurut Bene, butuh teknik dan strategi yang tepat untuk berkembang dalam pekerjaan ini. Ia percaya jika kita mau berusaha secara sungguh-sungguh, pekerjaan apapun itu, baik yang sesuai jurusan ataupun tidak, akan dapat berkembang dengan baik. Saat ia berhasil membuktikan potensinya, orang tuanya pun mendukung dengan sendirinya.

Walaupun sudah terbilang sukses sebagai sutradara dan penulis komedi, Bene yakin segala sesuatu tidak akan sama selamanya. Ia percaya fleksibilitas adalah salah satu karakteristik yang harus dimiliki, sehingga kita tidak menutup peluang untuk hal-hal baru yang mungkin ada di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments