Senin, 10 Februari 2020

Kampus Merdeka, Upaya Melepas “Kacamata Kuda” Mahasiswa

Opini Prof. Sri Minda Murni*

*Guru Besar Universitas Negeri Medan dan Koordinator Pengembangan LPTK Tanoto Foundation

Pada 24 Januari 2020, Mendikbud Nadiem Makarim meluncurkan kebijakan Kampus Merdeka. Ada empat pokok kebijakan yang dikeluarkan, yaitu: (1) pendirian Program Studi (Prodi) baru, (2) re-akreditasi otomatis, (3) pemberian kebebasan bagi perguruan tinggi negeri (PTN) Badan Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja (Satker) untuk menjadi PTN Badan Hukum (BH), dan (4) pemberian hak bagi mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar prodi serta perubahan definisi Satuan Kredit Semester (SKS).

Saya tertarik dengan kebijakan keempat. Kebijakan ini memberikan hak bagi mahasiswa (kecuali mahasiswa prodi Kesehatan), untuk secara sukarela mengambil SKS di luar perguruan tinggi sebanyak dua semester, atau setara dengan 40 SKS. Di luar ini, mahasiswa dapat juga mengambil SKS di prodi berbeda di dalam PT yang sama sebanyak satu semester. Sehingga jumlah total SKS yang wajib diambil di prodi asal menjadi minimum sebanyak lima semester dari total delapan semester.

Mobilitas keilmuan yang terbatas juga menjadi sebab tidak dimilikinya keterbukaan berpikir. Mahasiswa yang kurang terekspos akan bidang ilmu lain cenderung melihat masalah dengan kacamata kuda, sehingga timbul keyakinan bahwa beberapa bidang ilmu terkesan tidak memberi kontribusi yang signifikan terhadap kehidupan.

Bidang ilmu sastra, misalnya, seringkali disepelekan karena dianggap hanya mempelajari bahasa baru. Namun, bila ditelisik lebih dalam, sastra akan sangat bermanfaat untuk memahami sejarah, sosiologi, dan politik suatu bangsa. Seorang mahasiswa tidak akan mampu memahami sejarah perbudakan dan perang sipil di Amerika secara intens apabila tidak membaca kegetiran pengalaman hidup manusia yang tergambar pada karya-karya sastra periode tersebut.

Pengalaman pengembaraan secara intelektual lintas prodi semacam ini tentunya akan memerdekakan dan mengembangkan kapasitas critical thinking dan problem solving bagi mahasiswa karena memberikan pengalaman memahami sebuah masalah dari beragam sudut pandang.

Baca selengkapnya di artikel berjudul 100 Hari Nadiem Makarim: Kampus Merdeka, Upaya Melepas “Kacamata Kuda” Mahasiswa yang telah tayang di halaman Kompas.com.

 

Tanoto Foundation adalah organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments