Jumat, 8 Desember 2017

Filantropi Didorong untuk Berkolaborasi

Dukungan filantropi untuk memajukan pendidikan di Indonesia sebenarnya menjanjikan. Namun, sumber daya filantropi untuk pendidikan, baik anggaran maupun program, harus fokus dan saling berkolaborasi guna memberikan dampak perubahan yang besar.

Bahasan itu mengemuka saat peluncuran panduan bagi pegiat filantropi pendidikan di Indonesia yang digagas Asia Philanthropy Circle (APC). Panduan ini dibuat berdasarkan kajian yang didukung McKinsey  & Company dan AlphaBeta dengan judul Katalisasi Penghidupan Produktif: Panduan Intervensi Pendidikan Melalui Jalur Akselerasi untuk Skala Besar dan Dampak Maksimal.

Presiden Direktur McKinsey  & Company Indonesia Philia Wibowo mengatakan agar filantropi pendidikan berdampak pada perubahan pendidikan yang lebih baik, untuk menyiapkan generasi muda bangsa yang produktif, ada empat bidang yang perlu difokuskan. Bidang-bidang tersebut adalah kualitas guru, kepemimpinan guru dan tata kelola sekolah, pendidikan kejuruan, serta pendidikan dan pengembangan anak usia dini.

Menurut Philia, panduan filantropi pendidikan pada empat bidang ini dikaji dari survei pada 30 ahli, 49 pelaku filantropi pendidikan, serta 50 orang dari lembaga swadaya dan organisasi pendidikan. “Niat baik untuk memperbaiki pendidikan begitu besar. Namun, filantropi pendidikan ini kisaran anggarannya hanya 2-5 persen dari anggaran pendidikan milik pemerintah. Karena itu, agar filantropi pendidikan berdampak dan dapat diluaskan untuk menciptakan masyarakat produktif, pegiat filantropi perlu panduan sehingga hasilnya maksimal,” kata Philia.

Belinda Tanoto, anggota APC yang juga anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation, mengatakan, para filantropis pendidikan tumbuh, tetapi bekerja sendiri- sendiri. Karena itu, APC akan membentuk platform untuk bersinergi dan berjejaring agar lebih fokus dan saling belajar.

Dalam panduan yang diluncurkan APC, disodorkan pula 10 inisiatif yang bisa dilakukan para filantropis pendidikan untuk membantu penuntasan empat fokus masalah pendidikan. Untuk kualitas guru, bisa dilakukan program guru juara, penggunaan teknologi untuk ruang belajar guru, dan menggiatkan forum mentoring guru. Bisa pula dilakukan program sekolah percontohan, akademi kepala sekolah, serta anugerah pengajar Indonesia dalam upaya meningkatkan kepemimpinan dan tata kelola sekolah.

Untuk mendukung pendidikan kejuruan, bisa dibuat program kamp pelatihan di industri. Adapun untuk mendukung PAUD, dibuat program super kader dan adopsi desa.

Tanoto Foundation yang memulai kegiatannya sejak 1981 telah menjalankan berbagai pelatihan untuk guru di pedesaan untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitasnya. Hingga saat ini lebih dari 5.100 guru telah mendapatkan manfaat dari pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh Tanoto Foundation.

Disunting dari artikel yang terbit di Harian Kompas, 6 Desember 2017, “Filantropi Didorong Berkolaborasi”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments