Jumat, 16 Juni 2017

Belajar dari Budaya Membaca Masyarakat di Negara Maju

Pada bulan Maret 2016 lalu, Central Connecticut State University mengeluarkan hasil penelitian terkait “World Most Literate Nations”. Dalam penelitian kebiasaan masyarakat di berbagai negara dalam membaca dan dukungan yang mereka miliki, negara maju seperti Amerika Serikat menduduki peringkat ke 7 sedangkan Inggris ke 17. Dari 61 negara yang disurvei, Indonesia menduduki peringkatt ke 60. Hasil ini  menunjukkan minat dan kebiasaan membaca masyarakat Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain.

Di Amerika Serikat dan  Inggris, ternyata kegiatan membaca dilakukan oleh warga di sana bukan karena keharusan. Kebiasaan membaca telah menjadi bagian dari keseharian mereka.

Di Inggris, berbagai contoh mengenai bagaimana budaya membaca ditumbuhkan dan dipelihara dapat dengan mudah ditemukan. Misalnya, sekolah mengadakan reading day setiap minggunya. Juga pojok buku yang selalu tersedia di children center dan sekolah, dilengkapi dengan rak-rak buku besar yang berisi bacaan-bacaan bermutu.

Perpustakaan adalah faktor penting lain dalam menunjang minat baca. Di Inggris sendiri, banyak perpustakaan yang berukuran besar dan terkelola dengan sangat rapi. Selain memiliki jumlah buku yang banyak untuk setiap judulnya, koleksinya pun beragam dan mencakup hampir seluruh topik. Selain itu, selalu ada hari mendongeng yang gratis untuk anak-anak.

Mengingat angka literasi yang rendah di Indonesia, berbagai usaha untuk meningkatkan minat baca anak bangsa perlu dihargai. Salah satunya adalah Program Pelita Pustaka yang dilakukan oleh Tanoto Foundation. Didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto, Tanoto Foundation melalui Program Pelita Pustaka mengembangkan perpustakaan sekolah menjadi tempat yang nyaman dan mudah diakses oleh murid-murid sehingga mereka bisa mengunjunginya secara rutin dan mendapatkan berbagai jenis buku.

Pelita Pustaka juga mendorong murid-murid untuk meningkatkan kebiasaan membaca sejak usia dini. Untuk mencapainya, guru-guru di sekolah mitra Tanoto Foundation dilatih tentang sistem pengelolaan perpustakaan kecil. Selanjutnya, agar murid bisa membaca koleksi buku yang lebih beragam, pihak sekolah didorong untuk menjalankan sistem rotasi buku dengan sekolah-sekolah lain yang berdekatan.

Melalui program Pelita Pustaka, Tanoto Foundation telah merenovasi dan membangun perpustakaan di 186 sekolah, mendonasikan lebih dari 32.000 buku, dan melatih lebih dari 1.800 guru dalam mengelola perpustakaan di wilayah pedesaan provinsi Riau, Jambi, dan Sumatera Utara.

Catatan Editor: Disadur dari tulisan Dewi Nur Aisyah yang berjudul ‘Indonesia dan Budaya Membaca: Mari Belajar dari Negara Skandinavia’. Tulisan awal bisa dibaca di sini: https://dewinaisyah.wordpress.com/2017/06/01/indonesia-dan-budaya-membaca-mari-belajar-dari-negara-skandinavia/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments